MUJAHIDDAKWAH.COM, MAKASSAR – Salah seorang Da’i senior Wahdah Islamiyah Ustaz Sukimin Ishaq, Lc., M.Ag dikabarkan meninggal tadi shubuh di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sabtu (23/05/2020).
“إنا لله وإنا إليه راجعون
Ustaz Ishaq Subu baru saja wafat pagi ini 30 Ramadan 1441 di RS Wahidin.
رَحِمَهُ اللَّهُ رَحْمَةً وَاسِعَةً وَأسْكَنَهُ فَسِيحَ جَنٌَاتِه,”
ujar Istri Ustaz Ishaq Subu, Ummu Hafsah yang diterima mujahiddakwah.com.
Ustaz Sukimin Ishaq sebelumnya menjalani perawatan medis dan operasi di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar, karena mengalami pendarahan otak.
Ia juga dikenal sebagai Da’i yang militan dan memiliki semangat perjuangan yang membara dalam dakwah. Ustaz Ishaq Subu nama sapaanya juga terdaftar sebagai dosen STIBA Makassar.
“Selamat jalan wahai guruku, kami mencintaimu. Namun, Allah lebih mencintaimu. Seorang yang tawadhu, sabar dan memiliki dedikasi yang tinggi. Yang mengajarkan kepada kami makna dan hakikat perjuangan dan sabar dalam perjuangan dan dakwah,” ucap Sekjen Wahdah Islamiyah Ustaz Syaibani Mujiono dihalaman Facebook nya.
Sebagai Da’i senior Wahdah Islamiyah, Ustaz Ishaq Subu kerap mengisi kajian dan daurah di berbagai daerah termasuk di Bone Sulawesi Selatan.
“Innaa lillaahi wa Innaa ilaihi rajiuun. Pagi ini kami betul-betul telah kehilangan dirimu ustadz ku. Pada setiap huruf yang kami baca. Pada setiap kata yang kami eja. Semoga ada jejak-jejak jariyah untuk mu di sisi-Nya. Cita-cita, semangat, ilmu dan senyum yang bersahaja itu akan terus kami hidupkan bersama setiap langkah yang kami ayun di muka bumi. Insyaa Allah,” ujar Ustaz Ervan Muhammad Arsyad ketua DPD Wahdah Islamiyah Bone.
Reporter: Muhammad Akbar
Editor: Admin MDcom
GENAPLAH RAMADHANMU, SAHABAT…
Ishaq Subu.
Begitulah aku mengenalmu sejak dahulu.
Dan begitulah aku akan terus mengenangmu.
“Ishaq” adalah nama yang kau suka dipanggil dengan itu.
Maka begitulah aku akan terus memanggilmu.
Sahabatku,
Hari ini sepatutnya hatiku merekah gembira.
Tapi langit 30 Ramadhan-ku tetiba menjadi sendu,
saat hembusan angin pagi menghantar kabar itu:
engkau telah pergi beranjak mendahuluiku…
Betapa pilu ini sungguh tak terperi:
Engkau pergi
saat Ramadhan pun hendak beranjak pergi.
Bukankah kau tahu, wahai Akhi:
Betapa berat jiwa ini menanggung pilu hati
jika “dua kekasih hati” beranjak pergi di detik yang sama:
engkau dan Ramadhan…
Tapi di jalan perjuangan ini:
aku dan kau sudah banyak belajar tentang kepergian.
Bahwa setiap kita pasti akan pergi juga.
Meski kita tak pernah tahu,
sesiapa yang mendahulu:
aku atau kau?
Sahabatku,
Sungguh kita tak pernah tahu waktu itu:
sesaat aku menumpang “motor bututmu”
sehari-hari melintasi bilangan Pettarani-Abdesir:
kita tak pernah tahu:
siapa yang akan mendahulu?
Saat kita bermajlis dari satu majlis ke majlis lain:
aku dan kau tak pernah tahu:
siapa yang akan mendahulu?
Saat kita bertemu kembali di tepi Wihdatul Ummah,
bersalaman dalam kehangatan yang rindu:
aku dan kau tak pernah tahu:
siapa yang mendahulu?
Saat kita mengulas “Ajurumiyyah” sehangat kopi,
dan membincang “Ibnu Taimiyah” semanis pisang goreng:
aku dan kau tak pernah tahu:
siapa yang mendahulu?
Bahkan,
saat engkau menawarkan naskah Ramadhanmu
pada 13 tahun yang lalu,
aku tak pernah mengira
bahwa engkau akan “menggenap” di Ramadhan ini:
seperti judul buku yang kita sepakati:
“Ramadhankan Dirimu!”
Sahabatku,
Akhirnya hari ini aku tahu:
“siapa yang mendahulu”…
Engkaulah yang mendahulu.
Dan kami masih menunggu saat itu.
Hari ini, engkau akhirnya beranjak.
Menepi dari dunia setelah mengukir jejak.
Jejak juang dimana penerusmu terus berpijak.
Berbahagilah engkau, Kawan…
Karena kami menjadi saksi:
bahwa hingga kisah duniamu usai,
Kedua kakimu tetap teguh di sini:
Di jejak perjuangan para rasul dan nabi.
Sahabatku…
Sudah pasti: semenjak hari ini hingga kapanpun,
aku akan selalu penuh rindu untukmu.
Banyak kenangan akan selalu hadir tentangmu.
Akan banyak doa penuh cinta untukmu.
Ah…
Perpisahan ini betapa tidak mudahnya.
Tapi bukankah ini perpisahan demi bertemu lagi?
Semoga Allah perkenankan aku dan kau:
mengulas hangat “Ajurumiyah”
dalam hangat semerbak kopi Firdausi…
Semoga Allah perkenankan kita semua:
mendaras sepenuh hasrat “Sejarah Dakwah”
di hadapan para panglima jalan dakwah:
para Nabi dan Rasul, di dalam Jannah…
Selamat jalan, Ustadz Ishaq Subu…
Semoga kisah perjalanan barumu
adalah seindah-indahnya kisah hidupmu.
Semoga kelapangan dan semerbak
sentiasa hiasi alam kuburmu.
Semoga kisah pedih-perih sakitmu
menghapus segenap jejak dosamu.
RahimakaLlah rahmatan waasi’ah…
Muhibbukum fiLlah
Muhammad Ihsan Zainuddin