Niat adalah penentu bagi setiap amalan yang kita kerjakan. Dalam melakukan aktivitas yang berhubungan dengan Ibadah, satu hal yang perlu kita ingat dan mantapkan yaitu niat, karena niat dapat menentukan berhasil atau tidaknya, baik atau buruknya suatu perbuatan.
Pertama, tempat niat adalah di dalam hati, sedangkan mengucapkannya hukumnya sunnat. Dengan melalui ucapan diharapkan bisa membantu memperlancar niat dalam hati.
Kedua, Waktu niat adalah di awal ibadah kecuali pada puasa, karena di dalam puasa niatnya di dahulukan, sehingga sebagian ulama menyebutnya bukan niat tetapi azam, khusus untuk puasa ini.
Ketiga, Hukum niat adalah wajib dalam setiap ibadah yang diperlukan adanya niat.
Mengaplikasikan niat dalam melakukan suatu amal ibadah agar amal yang kita lakukan tidak sia-sia, hal ini sangat penting karena makna niat sebenarnya tidak hanya sebatas untuk melakukan suatu amal saja, melainkan amal tersebut harus bersandar dengan ketentuan yang sudah digariskan Islam. Jadi sebagai seorang Ahlus-sunnah Wal Jama’ah dalam melakukan sebuah amal ibadah harus membersihkan tujuan yang lain kecuali hanya Allah semata dan amal ibadah yang dilakukan harus sesuai dengan ketentuan Syari’at, tidak bisa seorang muslim melaksanakan ibadah hasil dari buah fikirannya sendiri yang mereka anggap baik.
Niat berarti keinginan melakukan sebuah perbuatan. Niat merupakan urusan hati dan batin. Urusan batin ini yang pada hakikatnya menentukan kualitas sebuah perbuatan dan membuatnya memiliki dimensi yang berbeda. Kata niat sendiri berasal dari bahasa Arab “Nawa” yang berarti biji kurma. Tapi lalu mengapa setiap motivasi dan keinginan setiap perbuatan disebut niat, dikarenakan tujuan setiap perbuatan seperti biji kurma. Sebelum melakukan perbuatan terbentuk di dalam hati dan kemudian menunjukkan diri dalam bentuk perbuatan. Pada hakikatnya, pemikiran dan niat yang terbetik dalam benak manusia itulah biji atau inti perbuatan yang tersembunyi. Dengan demikian, niat itulah yang terbentuk atau terbetik dalam benak manusia yang tersembunyi dalam hati manusia.
Niat memiliki posisi penting dalam Islam. Karena penilaian apa sebuah perbuatan itu merupakan ibadah atau bukan bergantung pada niat. Allah akan memberikan balasan atas sebuah perbuatan berdasarkan niat dan pelakunya. Dengan demikian, tidak bisa berbicara tentang sebuah ibadah tanpa mengikutsertakan masalah niat. Dalam budaya Islam, niat bahkan lebih penting dari perbuatan. Karena niat inilah yang memaknai sebuah perbuatan memiliki nilai atau justru anti nilai. Perbuatan manusia di dunia secara lahiriah tidak ada bedanya, tapi niat yang membuat nilai hakiki sebuah perbuatan berbeda dengan yang lainnya, bahkan terkadang ada perbuatan baik yang dinilai sebagai anti nilai.
Nabi Muhammad dalam sebuah hadis bersabda, Dari Amirul Mu’minim, Abi Hafs Umar bin Al-khaththab . berkata, Saya mendengar Rasulullah bersabda : “Hanyasanya semua amal perbuatan itu dengan disertai niat-niatnya dan hanyasanya bagi setiap orang itu apa yang telah menjadi niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itupun kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barangsiapa yang hijrahnya itu untuk harta dunia yang hendak diperolehinya, ataupun untuk seorang wanita yang hendak dikawininya, maka hijrah-nyapun kepada sesuatu yang dimaksud dalam hijrahnya itu”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Berdasarkan hadis ini, bila ada seorang yang kaya dan mengeluarkan hartanya untuk yayasan amal seperti membangun sekolah, rumah sakit dan lain-lain dan niatnya hanya ingin dipuji oleh masyarakat, maka seketika dipuji oleh orang banyak, ia berarti telah mendapat balasan dari perbuatannya. Tapi dalam pemikiran Islam, perbuatan yang tidak memiliki niat kepada Allah , maka tidak mendapat pahala akhirat, sebagai pelakunya juga tidak mengharapkannya.
Hadits ini pula menjadi salah satu dari hadits-hadits yang menjadi inti ajaran Islam. Imam Ahmad dan Imam syafi’i berkata : Dalam hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Sebabnya adalah bahwa perbuatan hamba terdiri dari perbuatan hati, lisan dan anggota badan, sedangkan niat merupakan salah satu dari ketiganya. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i bahwa dia berkata : Hadits ini mencakup tujuh puluh bab dalam fiqh. Sejumlah ulama bahkan ada yang berkata : Hadits ini merupakan sepertiga Islam.
Hadits ini ada sebabnya, yaitu: ada seseorang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah dengan tujuan untuk dapat menikahi seorang wanita yang konon bernama : “Ummu Qais” bukan untuk mendapatkan keutamaan hijrah. Maka orang itu kemudian dikenal dengan sebutan “Muhajir Ummi Qais” (Orang yang hijrah karena Ummu Qais).
Niat merupakan syarat layak diterima atau tidaknya amal perbuatan, dan amal ibadah tidak akan mendatangkan pahala kecuali berdasarkan niat (karena Allah ), dalam setiap sendi kehidupan kita apa yang kita kerjakan hendaknya kita niatkan hanya semata-mata untuk mendapatkan ridhonya Allah , apapun profesi kita, tukan becak, guru, mahasiswa, dosen dsb.
Maka niatkanlah dalam hati kita apa yang kita kerjakan hanya untuk Allah semata. Begitu pula dalam mengejar sebuah kesuksesan dan cita-cita kita yang selalu gagal dan tidak berhasil, bisa jadi niat kita yang salah, muhasabahlah diri kita mulai saat ini tentang lurusnya tujuan niat kita karena itulah yang akan menentukan kesuksesan kita.
***********
Bersambung, Insya Allah…
Penulis: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis Buku, Aktivis Media Islam, Pimpinan Mujahid Dakwah Media, Pendiri Madani Institute dan Pembina Daar Al-Qalam)
Sumber: Buku Meraih Kesuksesan dalam Benih Kegagalan
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)