Allah tak pernah membuat hamba-Nya pesimis untuk mencapai sebuah perubahan. Ia menjadikan Islam sebagai “paradigma” kehidupan manusia. Ia memberikan ayat-ayat yang menjelaskan akan pentingnya pembaharuan dalam hidup. Sebagaimana firman-Nya di dalam Al-Qur’an:
Artinya: …”Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri”. (QS. Ar Ra’d: 11).
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang memiliki kehendak bebas. Allah hanya memberikan sarana Islam sebagai “rahmatan lil’alamin”, petunjuk bagi sekalian umat untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana ayat diatas memberikan penjelasan kepada kita bahwa untuk mengalami sebuah perubahan maka harus dimulai dari diri kita sendiri, kitalah yang paling pertama harus berubah.
Setiap diantara kita mempunyai keinginan untuk berubah, karena hasrat perubahan adalah fitrah manusiawi didalam diri seorang manusia. Tentunya berubah kearah yang lebih baik, dan meninggalkan sesuatu yang tidak baik. Sebagai tanda bahwa kita ingin berubah salah satunya adalah: (Memamfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, Memperbanyak ibadah dan doa kepada Allah , Meninggalkan hiburan yang tidak bermamfaat, Tidak menyukai kegaduhan dan perselisihan, Menolak pergaulan bebas, khususnya antar laki-laki dan perempuan dan kebebasan-kebebasan yang lainnya.
Ketika perubuhan itu telah kita mulai dari diri kita, maka yakinilah bahwa cepat atau lambat Allah akan merubah hidup kita secara perlahan-lahan menjadi lebih baik. Untuk mencapai perubahan tidak hanya sebatas mulut yang berucap, lebih dari itu harus ada ‘relevansi dan actiong’ antara tindakan dan tekad yang kuat tertanam kokoh di dalam hati. Seperti halnya syukur. Syukur tak hanya sebatas kata yang terikrar dari lisan, kemudian lepaslah kewajiban untuk bersyukur. Syukur harus diucapkan dengan lisan (Sukrul qowli), Syukur mesti diyakini dengan hati (syukrul i’tiqody), dan yang terakhir syukur harus diamalkan dengan perbuatan (syukrul amali).
Semuanya harus menyatu dalam satu unsur kehidupan, barulah sebuah perubahan menanggalkan efek yang besar dalam kehidupan yang akan datang. Tanpa disadari, sering kali keluhan terlontar dari mulut seorang manusia. Menyalahi takdir buruk yang menimpa dirinya, kemudian iri terhadap hamba yang memiliki nasib yang lebih baik.
Ketahuilah, bahwa semua itu adalah ujian, sarana pengukuhan iman seorang hamba yang mengagungkan kuasa Tuhannya. Tugas manusia hanyalah memaksimalkan penghambaanya, kemudian bersyukur atas nikmat yang telah dikaruniakan. Hanya itu saja, selebihnya hanya manusia sendiri yang memilih bagaimana cara dalam mengamalkannya. Apakah dengan kemaksiatan ataukah dengan ketaqwaan.
Sebuah perusahaan tidak akan bisa menjadi besar tanpa didukung dengan sistem, manajemen, konsep, aturan bahkan prinsip. Semua bermula dari awal. Sistem seperti apa yang harus dibentuk, manajemen bagaimana yang musti dijalani, konsep, prinsip, dan aturan apa yang wajib ditaati, semua itu adalah proses. Sehingga hasil akhir dari semua proses itu adalah kesuksesan. Bagaimana semua itu bisa dicapai? Tidak lain semua berawal dari tindakan.
Begitu pula dalam hidup kita sangat membutuhkan sebuah konsep, prinsip, tekad dan manejemen yang baik untuk mencapai sebuah perubahan. Perubahan adalah ketika seorang manusia berbuat kesalahan, dia mengakui kesalahan, bertaubat atas kesalahan dan berjanji untuk tidak akan mengulangi lagi. Tentu akan sangat banyak tantangan luar biasa apabila seorang manusia hendak berubah, mungkin perkataan orang yang menganggap ‘sok suci, tekanan keluarga yang tidak sefaham, atau ejekan teman yang masih belum tersadarkan.
Namun, dengan tekad yang kuat sikap optimis yang tinggi maka tetaplah menatap kedepan untuk mencapai keridhohan Allah , karena dengan keridhohan Allah apa yang telah kita rencanakan untuk berubah pada diri kita. Maka yakinilah bahwa Allah memberikan kemudahan untuk kita mencapainya.
“Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.” (Imam An-Nawawi rahimahullah)
***********
Bersambung, Insya Allah…
Penulis: Muhammad Akbar, S.Pd
(Penulis Buku, Pendiri Madani Institute, Ceo Mujahid Dakwah Media, Aktivis Media Islam, Founder www.mujahiddakwah.com dan Pembina Daar Al-Qalam)
Sumber: Buku Meraih Kesuksesan dalam Benih Kegagalan
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)