Pada dua seri sebelumnya telah dikemukakan tentang amal shalih yang dikerjakan orang tua akan memberikan dampak positif kepada sang anak. Demikian pula yang disampaikan tentang orang tua yang buruk juga dapat memberikan yang psikis buruk bagi pendidikan anak. Seri kali ini masih berhubungan dengan dua seri sebelumnya ini.
Amal-amal yang dilakukan kedua orang tua dapat mendatangkan pujian orang lain dari masyarakat untuk anak-anak kita. Demikian pula, tindakan-tindakan buruk yang dilakukan orang tua akan mendatangkan celaan, cibiran dan hinaan dari masyarakat. Semua hal di atas memengaruhi kepribadian dan kondisi kejiwaan anak. Sebab janganlah kita, wahai ayah dan ibu, menjadi sebab anak-anak dicela karena perbuatan kita sendiri.
Apakah kita ridho jika ada yang mengatakan kepada anak kita, “Ayahmu pencuri? Ayahmu pezina? Apakah saya suka memasukkan lelaki hidung belang ke rumah? Laki-laki itu sering kembar dengan ibumu? ”.
Apakah kita ridho jika ada yang mengatakan kepada anak kita, “Sesungguhnya ibumu suka ingkar janji?”
Hal tersebut merupakan perkara yang akan menghancurkan kepribadian anak-anak kita, namun kita tidak sadar. Engkau adalah anak orang yang shalih, orang tuamu adalah orang berilmu, orang yang memberontak, sering mendamaikan orang, dermawan orang orang miskin, orang yang sering beribadah, maka tentu saja kejiwaan sang anak akan bertambah, akhlaknya akan mulia dan dia akan senang melakukan berbagai amal kebaikan.
Namun jika dia mendengar masyarakat menggelari orang tuanya dengan gelar buruk, mencela orang tuanya karena masalah buruk dan memalukan, tentu jiwanya akan hancur.
Oleh karena itu, Allah Ta’ala banyak menyebut anak-anak dengan (sebab) keshalihan orang tuanya. Allah Ta’ala memotivasi mereka dengan hal tersebut untuk beriman, bersyukur dan beramal shalih. Allah Ta’ala berfirman,
ذُرِّيَّةَ مَنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ إِنَّهُ كَانَ عَبْدًا شَكُورًا
” Anak cucu dari orang-orang yang Kami bawa bersama-sama Nuh. Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur. “ (QS. Al-Isra ‘[17]: 3)
Maksudnya, kaum Nabi Nuh mengajak orang tua mereka hamba yang bersyukur. M alias jadilah kalian termasuk orang-orang yang sh a l i hadiri orang tuamu.
Allah Ta’ala berulang kali menyeru di banyak kesempatan dalam Al Qur’an,
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ
“ Wahai Bani Isr a il . “ (QS. Al Baqarah [2]: 47)
Maksudnya, wahai anak keturunan Nabi Israil yang mulia, yaitu Nabi Ya’qub ‘alaihissalam . Seruan ini untuk mengingatkan bahwa ayah atau kakek mereka adalah orang yang shalih, bahkan seorang Nabi yang mulia adalah Israil (Ya’qub ‘alaihissalam ). Seruan ini sekaligus untuk mengingatkan mereka agar mereka meminta, meneladani orang tua mereka dalam hal menguntungkan dan kesh a l i han.
Demikian pula kaum Maryam ‘alaihassalam kompilasi mereka heran karena menyangka kalau dia memiliki berzina, mereka lantas berucap sukses,
يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
“ Wahai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali mengeluarkan seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali mendukung seorang pezina.” (QS. Maryam [19]: 28)
Bertakwalah kepada Allah wahai ayahanda, bertakwalah wahai ibunda… demi anak-anak kita…
************
Bersambung, Insya Allah…
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Penulis: Aditya Budiman dan M. Saifudin Hakim
Rujukan: Fiqh Tarbiyatul Abna ‘wa Ma’ahu Nukhbatu min Nashoihul Athibba’ karya Syaikh Musthafa Al-‘Adawi
Artikel: www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)
_______________________________
@Yuk Dukung MUJAHID DAKWAH dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- REKENING DONASI : BNI SYARIAH (0719501842) An. Akbar
- KONFIRMASI DONASI hubungi : 0852-9852-7223
DONASI MUJAHID DAKWAH MEDIA
Baca Selengkapnya : https://mujahiddakwah.com/2018/09/donasi-mujahid-dakwah-media