Peradaban Islam tak hanya meninggalkan warisan berupa bangunan fisik yang megah. Namun, juga khazanah pemikiran yang tertulis dalam bentuk manuskrip.
Peneliti Barat, Stephan Roman, direktur British Council regional Asia Selatan dalam laporannya, The Development of Islamic Library Collections in Western Europe and North America, coba memberikan kategori manuskrip ini.
Dalam tulisannya, ia menyebut, yang dapat dikategorikan sebagai manuskrip Islam bukan hanya Alquran, hadis, dan fikih, melainkan juga manuskrip yang memuat ilmu-ilmu umum. Sastra, tata bahasa, sains, matematika, sejarah, geografi, kedokteran, astronomi, dan filsafat dapat digolongkan ke dalam manuskrip Islam.
Menurut Roman, semua manuskrip yang berasal dari wilayah dunia Islam ini tergolong manuskrip Islam apabila ditulis oleh Muslim dan lahir dari struktur komunitas Muslim. Artinya, naskah itu diproduksi dalam tradisi intelektual Islam yang dominan, seperti kesultanan Islam, pondok pesantren, atau komunitas Muslim.
Keragaman manuskrip Islam merentang seluas dunia Islam, yang mencakup kawasan geografi yang luas. Membentang dari Afrika Barat, jazirah Arab, hingga semenanjung Melayu-Indonesia.
Manuskrip tersebut ditulis dalam berbagai bahasa dan sistem aksara. Arab, Persia, dan Turki adalah bahasa-bahasa dominan digunakan di dunia Islam, tetapi ada juga manuskrip yang ditulis dalam bahasa Urdu, Pashtu, Jawa, Melayu, Makassar, dan Swahili.
Koleksi manuskrip Islam di Eropa Barat dan Amerika Utara berkembang pada abad 15-20 M. Untuk manuskrip-manuskrip Arab, dua aksara yang paling dominan digunakan adalah Kufi dan Naskhi. Kufi, satu tradisi khat asal Kufah, sangat populer digunakan dalam manuskrip-manuskrip Islam asal Andalus dan Maroko.
Sementara, khat naskhi tersebar luas dalam naskah-naskah produksi Persia, Turki, dan Mughal. Banyak manuskrip Islam dari periode awal ditulis di atas perkamen atau kertas kulit. Sebagian manuskrip penting atau mewah diwarnai dengan lapis lazuli. Teknologi pembuatan kertas baru ada di Baghdad pada abad ke-8 M.
Stephan Roman, direktur British Council regional Asia Selatan lewat Pengembangan Koleksi Perpustakaan Islam di Eropa Barat dan Amerika Utara, mengungkap ribuan ribu, bahkan termasuk statistik kasar, manuskrip Islam dimuat di pusat-pusat studi Barat . terungkap manuskrip-manuskrip Islam yang tersebar di Eropa Barat dan Amerika Utara.
Pria Kebangsaan Inggris itu mendapati penyebaran sejumlah besar manuskrip Islam di 10 negara Barat. Yakni, Inggris, Prancis, Jerman, Denmark, Italia, Belanda, Spanyol, dan Amerika Serikat. Dengan berbagai alasan, negara-negara menyimpan berbagai hingga manuskrip Islam.
Menurutnya, ada berbagai aktor dan faktor yang menyebabkan perpindahan manuskrip-manuskrip Islam ke tangan Barat. Sebagian besar manuskrip diperoleh melalui perampokan dan penjarahan pada masa kolonialisme. Yang lain, melalui proses transaksi jual-beli. Tapi, ada pula yang sengaja dihadiahkan oleh penguasa Muslim.
Stefanie Brinkmann dari Institut Studi Oriental, Universitas Leipzig, mengatakan, banyak koleksi naskah Islam berasal dari kontak dengan Kekaisaran Ottoman pada abad ke-17 hingga abad ke-19. Manuskrip-manuskrip itu dibawa oleh tentara, pedagang, misionaris, administrator, penulis, dan pertempuran.
Interaksi pertama Barat dengan manuskrip Islam terjadi pada masa kekhalifahan Abbasiyah. Pada masa itu, banyak sarjana Barat belajar di pusat-pusat intelektual Islam, seperti Kordoba, Sevilla, Granada, Salamanca, dan Toledo.
Sebagian aktif membaca kitab-kitab tersebut ke dalam bahasa Inggris atau Latin. Adelard dari Bath, Gerrad van Cremona, dan Petrus Alfonsi adalah beberapa tokoh besar Eropa yang menerjemahkan karya Muslim. Bahasa Inggris, misalnya, catat Roman, hubungan negara ini dengan Islam terkait dengan Muslim Spanyol dan Perang Salib. Michael Scot (1175-1235), astrolog Inggris dan ahli kimia terkemuka, serta Adelard dari Bath, guru Raja Henry II. Terkait menghabiskan sebagian waktu di universitas Islam untuk membahas sains dan filsafat.
Sepulang ke negara asal, para sarjana membawa harta karun terdiri dari manuskrip atau terjemahan manuskrip Islam. Sertakan, Canon of Medicine karya Ibnu Sina. Pekerjaan penerjemahan ini terus berlangsung hingga abad ke-13 dan 14. Karena itu, tidak mengherankan jika banyak karya Muslim yang sekarang hanya ditemukan terjemahannya di perpustakaan Eropa.
Proses ini juga terkait dengan ilmu pengetahuan dari dunia Islam ke Barat. Mehdi Nakosteen dalam Sejarah Asal-usul Islam Pendidikan Barat 800-1350 M: Dengan Pengantar Pendidikan Muslim Abad Pertengahan dijelaskan, mentransformasikan ilmu pengetahuan Islam ke Barat dibangun melalui dua cara. Pertama, melalui para mahasiswa dan cendekiawan Eropa yang menimba ilmu di sekolah-sekolah tinggi atau universitas Islam di Spanyol. Kedua, melalui hasil karya cendekiawan Muslim yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa mereka.
Peradaban silih berganti. Ketika para sarjana Barat mulai menyadari ilmu pengetahuan, kejayaan ilmu pengetahuan di dunia Islam berkurang. Puncaknya, keruntuhan Baghdad pada tahun 1258 Minggalkan demokrasi besar dalam peradaban Islam. Baghdad adalah wajah peradaban Islam.
JJ Saunders dalam Sejarah Islam Abad Pertengahan mengatakan, Baghdad merupakan kiblat kehidupan intelektual bangsa Arab. Kota ini tak ubahnya rumah kuno budaya, titik pertemuan budaya Yunani dan Persia. Keruntuhan Baghdad sontak membuat aktivitas keilmuan kaum Muslim lumpuh. Banyak buku yang dibakar dan dibuang ke Sungai Tigris. Setelah itu, kekuatan-kekuatan politik baru muncul di beberapa wilayah. Tapi, tradisi intelektual tak pernah sekuat Bagdad lagi. Sejak abad ke-12, Eropa juga sudah mulai memiliki universitas sendiri.
Kendati begitu, tradisi intelektual dan manuskrip Islam telah memberi kontribusi besar bagi keilmuan Barat modern. Abad ke-14, cikal bakal gerakan renaisans lahir di Florence, Italia. Profesor dari Universitas Columbia, George Saliba, dalam Sains Islam dan Pembuatan Renaisans Eropa, mengungkapkan pengaruh ilmu pengetahuan Islam terhadap gerakan Renaisans. Saliba dalam buku ini menelusuri orisinalitas pengetahuan Islam lewat astronomi. Para ilmuwan Barat ditengarai pernah membaca karya-karya ilmuwan Muslim.
Kolonisasi Barat di negara-negara Muslim menjadi jalan transisi manuskrip-manuskrip tersebut. Dalam bukunya, Roman memilih 10 negara yang dia teliti pernah melakukan kolonisasi di negara Muslim.
Prancis memiliki bekas jajahan di Mesir, Turki, dan Afrika Utara. Belanda di Indonesia Sedangkan Inggris di anak benua India dan Timur Tengah. Italia di Afrika Utara, Amerika di negara-negara Teluk, sedangkan Jerman di Turki. Spanyol, cerita lain. Kejayaan Andalusia di Spanyol meninggalkan warisan manuskrip yang tidak sedikit bagi negara Spanyol modern.
Inggris, salah satu negara kolonial yang paling dominan dan pemilik manuskrip Islam terbesar, memiliki jejaring dengan berbagai belahan dunia Muslim. Mulai dari Afrika Utara, Turki Ottoman, Mesir, Sudan, Persia, India, Malaysia, bahkan Jawa dan Sumatra.
Hubungan yang berlangsung sejak abad ke-17 M ini membuat Inggris menguasai beribu-ribu manuskrip Islam dalam berbagai bahasa Arab. Koleksi itu disimpan di London, Cambridge, Oxford, Birmingham, Midland, Leeds, Manchester, Glasgow, dan Edinburgh.
***********
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)
_______________________________
@Yuk Dukung MUJAHID DAKWAH dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR.
- REKENING DONASI : BNI SYARIAH (0719501842) An. Akbar
- KONFIRMASI DONASI hubungi : 0852-9852-7223
DONASI MUJAHID DAKWAH MEDIA
Baca Selengkapnya : https://mujahiddakwah.com/2018/09/donasi-mujahid-dakwah-media