بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
3. Cinta kepada Kedua Orang Tua
Jika kita mencintai kedua orang tua, maka tidak lain dan tidak bukan ialah berbakti kepada kedua orang tua. Karena orang tua kita yang telah membesarkan dan merawat kita sampai kita remaja dan beranjak dewasa. Ibulah yang telah mengandung selama sembilan bulan, kemudian melahirkan, menyusui, mengasuh dan merawat serta membesarkan kita sebagai putra putrinya.
Disamping itu, meskipun peran ayah tak sebanding dengan peran seorang ibu, tapi percayalah bahwa ayah juga sangat menyayangi kita dan dialah yang selama ini berjuang dan banting tulang mencari nafkah untuk kita semua.
Olehnya itu, cintailah kedua orang tua kita dengan berbakti kepada keduanya. Baik secara lahiriyah dan batiniyah. Insya Allah, kita akan memperoleh ridho dari Allah subhanahu wata’ala. Karena keridhoan Allah terdapat pada ridhonya orang tua. Maka jangan pernah membuat kedua orang tua kecewa dan bahkan membuat keduanya meneteskan air mata akibat perbuatan dan kesalahan yang telah kita lakukan.
Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ridha Allah tergantung pada ridha orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” (Hasan. at-Tirmidzi : 1899, HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394).
4. Cinta Terhadap Sesama Kaum Muslimin
Cinta terhadap sesama kaum muslimin itu dibuktikan dengan mengucapkan salam ketika bertemu dengan sesama kaum muslimin. Salam yang dimaksud disini yaitu berupa ucapan yang mengandung doa, agar kita bisa saling mendoakan sesama kaum muslimin. Namun, jika cinta lagi ngetrend dihatimu, eksis dihatimu atau telah merajai hatimu maka ada beberapa hal yang akan terjadi :
- Malu jika orang yang dicintainya memandangnya. Ketika seseorang dipandang oleh sang pujaan hati, dia akan merasa malu dan gugup. Dia tidak tahu harus bertindak dan bersikap bagaimana dihadapannya. Melainkan dia merasa serba salah di depan sang pujaan hatinya.
- Memperhatikan dan mendengarkan ucapannya. Seseorang yang sedang jatuh cinta akan selalu memperhatikan sang pujaan hatinya dan senantiasa selalu mendengarkan ucapannya. Dia tidak mau terlewatkan dengan apa saja yang di ucapkan oleh sang pujaan hati.
- Tunduk kepada perintah orang yang dicintainya. Jika sang pujaan hati memerintahkan untuk melakukan sesuatu, maka dia akan senantiasa menuruti keinginannya dan selalu ingin menjadi yang terbaik dihadapan sang pujaan hatinya.
- Senantiasa mengingat dan menyebut – nyebutnya. Dimanapun dia berada, dia akan selalu mengingat sang pujaan hatinya, menyebut – nyebut namanya dan selalu berangan – angan sesuatu yang belum halal baginya. Sampai – sampai dia terlena dengan kehidupannya yang fanah itu sendiri.
- Menyukai apapun yang menyenangkan orang yang dicintai. Dia akan berusaha nenyukai sesuatu yang tidak ia sukai demi orang yang dicintainya. Agar orang yang dicintainya merasa senang, meskipun dirinya sendiri merasa tertekan dengan apa yang dilakukannya.
- Mencintai tempat dan apa – apa yang berkaitan dengannya. Jika orang yang dicintainya menyukai tempat pengajian atau kajian, rajin mendatangi majelis – majelis ilmu lainnya dan bahkan rajin kemasjid serta apapun yang berkaitan dengannya. Maka, dia juga akan senatiasa berusaha mencintai tempat – tempat tersebut agar dapat setara dengan orang yang dicintainya. Nah, ini dapat merubah seseorang berubah menjadi lebih baik meskipun niatnya berubah untuk orang yang dicintainya. Tetapi setidaknya dia telah berubah menjadi baik. Hanya saja niatnya yang perlu diluruskan. Karena berubah menjadi lebih baik itu bukan untuk seseorang, melainkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata’ala.
- Selalu memperhatikan penampilan didepannya. Ketika bertemu dengan orang yang dicintainya dia selalu ingin tampil memukau, indah dan cantik di hadapannya. Dia tidak ingin orang yang dicintainya melihatnya berpenampilan kusam dan tidak menawan. Padahal jika orang yang kita cintai juga mencintai kita, maka jangan pernah takut. Karena, jika dia mencintai kita dengan tulus, dia akan menerima kita apa adanya dan menerima segala kekurangan kita.
- Rela berkorban untuknya. Nah, inilah hal yang paling berbahaya jika cinta telah merajai hati. Saat dia telah merasakan cinta yang begitu besar terhadap orang yang dicintainya dia akan rela berkorban untuk kekasihnya. Baik itu berkorban dalam bentuk materi, batin atau perasaan atau bahkan dalam bentuk fisik sekalipun. Naudzubillah…
- Suka menyendiri. Jika seseorang jatuh cinta dan cinta lagi eksis dihatinya maka, dia akan lebih senang dan suka menyendiri dibandingkan harus berada dalam keramaian. Karena, tidak ingin diganggu. Ditambah lagi, sekarang ini tekhnologi telah canggih dan berbagai sosmed yang bisa digunakan untuk mempermudah seseorang dalam berkomunikasi satu sama lain tanpa harus bertemu secara langsung. Sehingga, orang yang sedang jatuh cinta tersebut lebih suka menyendiri supaya bisa lebih fokus dengan orang yang dicintainya dan tidak ada yang mengganggu.
Sahabatku fillah ketahuilah bahwa jika selama ini cinta yang kita kenal dan yang kita ketahui hanya kepada seorang kekasih atau pacar, kepada sang pujaan hati dan bahkan terhadap harta benda kita sendiri, itu semua merupakan cinta yang semu. Kenapa? Karena merupakan cinta yang sifatnya sementara, bukan cinta yang sesungguhnya.
Olehnya itu, sahabatku fillah marilah kita bersama – sama hijrah kejalan yang lebih diridhoi Allah subhanahu wata’ala. Salah satunya yaitu hijrah dari cinta yang semu menuju cinta yang hakiki.
Note : cinta yang semu itu… Akan membuat kita kecewa dan terluka, meskipun kita pernah merasakan yang namanya bahagia. Namun itu semua sifatnya hanya sementara bukan yang selamanya.
Yuuk… Sahabatku fillah hijrah kecinta yang hakiki!!! InsyaaAllah hijrah itu akan membuat kita hidup lebih istimewa dari sebelumnya!!!
***********
Bulukumba, 4 Maret 2019
Selesai…
Penulis:
✍ Maulidiana Subhan
(Penulis, Aktivis Dakwah, Mahasiswi STKIP Muhammadiyah Bulukumba)
Demikian Semoga Bermamfaat…
@Wallahu ‘alam bishowab…
Artikel : www.mujahiddakwah.com (Menebar Dakwah dengan Al-Qur’an dan Sunnah)