بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
MUJAHID DAKWAH.COM, LAMPUNG SELATAN – Kehilangan harta benda akibat terjangan tsunami masih menjadi beban pikiran warga di Desa Kunjir, Kec. Rajabasa, Kab. Lampung Selatan.
Sejak Desember 2018 silam, sebanyak 48 kepala keluarga di desa ini harus menghuni tenda yang disediakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan kondisi terbalut trauma bencana.
Tak ayal, tenda pleton BNPB berukuran 12×6 meter harus dibagi menjadi 8 petak, terpisahkan oleh dinding yang terbuat dari terpal, untuk dihuni oleh satu kepala keluarga.
“Inilah kondisi mereka sejak sebulan lebih, harus menahan panasnya tenda, ditemani ketidakpastian pembangunan Hunian Sementara (Huntara) yang sedikit lebih layak untuk ditinggali,” ujar Rustam Hafid, relawan Lidmi Peduli, Rabu (6/2/2019).
Rustam menambahkan, terputusnya mata pencaharian serta kondisi pengungsian yang jauh dari nilai sehat, memperparah kondisi mental warga.
“Tiada solusi lain di masa Recovery ini selain menenteramkan hati mereka dengan nilai-nilai agama. Alhamdulillah setelah sebulan menghuni tenda, Lidmi Peduli menginisiasi untuk mendirikan Mushalla darurat, agar menjadi tempat ibadah, dan tempat muhasabah bagi seluruh warga,” kata Rustam kembali.
Dia menambahkan, Musholla darurat ini kedepannya akan diisi dengan kegiatan pengajian untuk anak-anak, pemuda dan orang tua.
“Siraman rohani Insya Allah akan kami rutinkan setelah shalat berjamaah, agar bencana ini semakin meningkatkan keimanan para pengungsi, bukan malah membuat mereka menyesali takdir,” terangnya.
Pendirian Musholla ini mendapatkan respon positif dari Sekretaris Desa setempat, Muhammad Nur.
Menurutnya, langkah ini tepat untuk menemani kondisi warga yang serba kekurangan.
“Silakan adik-adik maksimalkan, kami hanya bisa berterima kasih karena sudah mau peduli dengan warga,” ucap Pak Nur, sapaan akrabnya.
Pendirian Musholla Darurat ini dikerjakan secara gotong royong, antara relawan LIDMI Peduli bersama warga setempat.
Mayoritasnya korban tsunami yang menghuni tenda pengungsian.
Musholla menggunakan tenda BNPB yang sudah tidak digunakan lagi untuk menampung logistik, yang kemudian diubah menjadi Musholla dengan menghadirkan Inventaris berupa triplek alas, karpet shalat, penerangan, amplifier, pengeras suara, Alquran dan mukena, serta instalasi air wudhu.
Setelah berdiri, Musholla langsung digunakan untuk shalat Maghrib berjamaah, dan pengajian anak-anak.
“Alhamdulillah pak, kami tak perlu berjalan jauh lagi untuk shalat. Bahkan awalnya banyak warga yang shalat sendiri-sendiri di petak masing-masing. Ini Alhamdulillah banyak warga yang baru kami lihat mendirikan shalat, sebelumnya tak pernah,” tutur Jafar, pengungsi setempat, usai melaksanakan shalat Isya berjamaah di Musholla baru.
Selain pendirian Musholla, program PP Lidmi di daerah terdampak tsunami ini antara lain pemberian santunan untuk Guru dan Siswa yang terdampak bencana, bimbingan belajar persiapan Ujian Nasional untuk siswa SMA, dan program pemberdayaan masyarakat lainnya.
Reporter: Rustam Hafid