بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
MUJAHID DAKWAH.COM, JENEPONTO – Hari ini, tepat sepekan banjir menerjang Jeneponto. 15 orang meninggal dunia, puluhan rumah hanyut dan ratusan rumah rusak berat. Fasilitas umum seperti jembatan, sekolah dan perkantoran rusak diterjang kencangnya arus banjir. Bahkan lima jembatan penghubung antar desa terputus. Akses warga terhambat. Banjir menyisahkan duka.
Cerita demi cerita perjuangan menyelamatkan diri para korban selamat dan keluarga korban yang meninggal dunia mulai terdengar. Seperti cerita anak dan ibu di Desa Sapanang, Kecamatan Binamu, Jeneponto.
Ialah Syafruddin (50), yang harus kehilangan anak dan istrinya saat air bah itu datang menerjang. Ia menyaksikan langsung bagaimana air bah yang datang dari arah yang tidak diduga. Air tersebut kata Syafruddin tidak hanya membawa lumpur, tetapi berbagai macam material padat seperti sisa-sisa pohon yang tumbang hingga sampah plastik yang tidak sedikit jumlahnya.
“Mungkin sekitar tiga meter pak. Itu saya punya rumah hampirmi naik ke dalam padahal rumahku itu rumah panggung. Saking tingginya itu air,” ujar Syafruddin, Kamis (31/1/2019).
Dari informasi yang didapatkan oleh relawan, Syahfruddin pada waktu itu sedang berada di sawahnya. Menjelang zuhur ia bergegas pulang untuk bersiap menunaikan sholat zuhur.
“Saya suruh anak untuk keluarkan dulu mobil. Saya sementara siap-siap mandi untuk sholat,” imbuhnya.
Hanya beberapa saat ketika ia hendak masuk ke rumah, air sungai yang berada tak jauh dari area perkampungan naik menyapu rata setiap bangunan yang dilaluinya. Banyak pohon yang tumbang. Bahkan, hewan-hewan ternak seperti ayam, kuda, sapi, hingga itik banyak yang mati tenggelam. Mobilnya pun mengalami kerusakan yang cukup parah.
Ia masih terhenyak tanpa kata saat relawan menanyakan bagaimana kondisi keluarganya saat itu. Mulutnya tak bisa lagi berkata-kata. Hingga air matanya jatuh. Bagaimana musibah ini merenggut anak dan istrinya.
Didepan matanya, dua orang yang begitu ia cintai hanyut terbawa arus.
“Saya sudah pasrah pak. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa keduanya,” ungkapnya sembari menyapu kedua pipinya yang basah.
Harapan itu masih tetap ada. Meski sanak keluarga telah tiada, masih ada secercah harapan dari pria yang dikenal oleh warga sebagai orang baik. Tak ada pilihan bagi dirinya, selain dengan hanya memasrahkan semuanya kepada Allah ta’ala. Syafruddin yakin. Di balik musiah ini akan ada jalan terbaik yang Allah siapkan baginya. []
Reporter: Zulkifli Tri Darmawan