بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Betullah yang disebutkan dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshary Al Badry ra berkata, Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya di antara hal yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah : “Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka”. (HR. Bukhari)
Lihatlah para koruptor, seakan mereka tidak malu lagi untuk mengambil uang negara. uang yang harusnya digunakan untuk kemakmuran rakyat justru ditilep untuk pribadinya. Mereka juga mungkin menyadari bahwa itu salah, tapi karna syahwat untuk mengumpul harta yang banyak dengan istilah kalau bukan sekarang kapan lagi, akhirnya malu tergadaikan.
Padahal berapa lama sih ia menikmati harta haram itu dibandingkan dengan hukuman penjara jika ia tertangkap. belum lagi nama baik, dan karir yang dibangun dari usia muda, harus hancur hanya karena syahwat memburu harta. rupanya tidak berhenti sampai disitu, bagaimana dengan istri dan anak-anaknya, mereka harus menaggung malu karena ulah sang ayah. Kalaulah ditimbang, lebih banyak mudhorat dari manfaat (bahkan tidak ada manfaat), tapi semua itu dilakukan karena hilangnya rasa malu, maka yang dituai adalah malu yang berkepanjangan, bukan hanya didunia bahkan diakhirat.
Lihatlah para orang tua yang begitu bangga melihat anak gadisnya tumbuh remaja dengan sang pacar yang ada disampingnya. dengan bangga ia menunjukkan kepada tetangga yang lain bahwa anaknya sudah punya pacar. Justru ada orang tua yang malu kalau anaknya tidak punya pacar, wanaudzubillah.
Orang tua tidak marah atau malu saat anaknya dipegang, dipeluk, dicium, dibonceng oleh sang pacar, dengan pembelaan “khan anak muda, memang sudah zamannya, khan pacaran, yang penting dapat menjaga diri, khan dia sudah besar sudah mampu membedakan mana benar dan salah”. Namun disaat anaknya hamil diluar nikah atau kehilangan keperawanannya, saat janin itu ada dalam kandungan anaknya, barulah ia kelabakan dan marah, siapa yang melakukan itu nak. betapa malunya dengan keluarga dan tetangga, anak yang dibangga justru mencoreng moreng nama baik keluarga. dan tanpa malu kadang orang tua menyuruh anak untuk menggurkan anak tersebut (aborsi).
Padahal, siapa yang mengijinkan pencuri itu masuk kerumah untuk menyepa anaknya ? siapa yang mengijinkan anaknya dibonceng, dipeluk, dicium oleh sipencuri ? siapa yang mengijinkan anaknya untuk keluar dengan sang pencuri untuk jalan sampai tengah malam ?, mana rasa bangga yang dulu sering diumbar karena anaknya sudah punya pacar ?. Saat sang pencuri mengambil harta anaknya yang sangat mahal, barulah ia berteriak “tolong-tolong-tolong ada pencuri”. “hehehe, ada apa bu ?, khan ibu yang mengijinkan untuk pencuri masuk, koq sekarang baru berteriak minta tolong” kata tetangga disebelah rumah. Inilah jika rasa malu telah hilang, maka akan menimbulkan rasa malu yang berkepanjangan bukan hanya didunia bahkan sampai diakhirat.
Lihatlah para gadis remaja, yang dengan bangga membuka auratnya dihadapan umum. memperlihatkan kemolekan tubuh dan keindahan suara yang mendayu. Seakan tubuhnya dipersilahkan untuk disantap oleh mata jalang laki-laki lain. Apa anda tidak malu untuk memperlihatkan semua itu menjadi konsumsi gratis dari orang-orang yang belum tentu akan menjagamu. inilah jika rasa malu telah hilang, bahkan paha ayampun serasa lebih mahal dari pahanya sendiri. coba perhatikan ayam, jika kita ingin melihat pahanya, maka kita harus membeli dulu, kemudian merebus untuk mencabut bulu nya. apa sudah terlihat pahanya ?, belum, kita harus membuka baju dalamnya baru terlihatlah pahanya. bandingkan dengan paha wanita hari ini, ckckck begitu murahnya dipertontonkan.
Ya inilah fakta rasa malu yang hilang. Setelah kegadisannya terenggut, setelah sang lelaki hidung belang lari menjauh dan tak mau bertanggung jawab, setelah ia dicampakkan layaknya seperti sampah yang tak ada guna. barulah penyesalan itu muncul, rasa malu mulai menggelayut, kekalutan dan rasa takut yang tak terkirakan. Ia kadang bergumam “bagaimana masa depanku, bagaimana dng suamiku nanti yang sah saya menjawab, apa pantas gadis yang sudah hilang kegadisan ini bersanding dengan orang baik-baik”. inilah jika rasa malu telah hilang, justru akan membuat malu yang berkepanjangan, bukan hanya didunia bahkan diakhirat.
Saudaraku, marilah coba untuk kita merenung sejenak, betapa ajaran Agama telah menuntun kita untuk menjadi orang-orang yang lebih baik. Menuntun kita kearah kemuliaan manusia dengan rasa malu itu. Cobalah untuk merenung sejenak, jika rasa malu telah hilang, maka dengan mudah dosa dan maksiat itu dilakukan tanpa malu. padahal ujung dari semua itu hanyalah penyesalan dan malu yang berkepanjangan.
Semoga bermanfaat.
Sumber: Wahdah.Or.Id