بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Aktifis adalah orang yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan suatu kegiatan pada sebuah wadah atau organisasi, seperti politik, sosial, da’wah, lingkungan hidup dan lain-lain. Aktiis Islam adalah pejuang dakwah dimana seluruh atau sebahagian waktu, fikiran, tenaga dan dana ia arahkan untuk tegaknya syariat Islam.
Aktifis Islam ini agak mudah kita temui seperti Remaja Masjid, Rohis disekolah, Forum Kislaman, Lembaga Dakwah Kampus, Kelompok belajar muslim, mahasiswa pencinta mushallah, dan lain-lain. Mereka bekerja dan bergerak untuk kejayaan Islam, dimana seluruh program kerja dan aktifitas mereka adalah untuk dakwah, untuk perbaikan dan kebaikan ummat.
Ciri-ciri aktifis Islam ini begitu jelas dan nampak, yang dapat membedakan dengan aktifis2 yang lain. Dalam berinteraksi, ciri mereka adalah, yang laki-laki dipanggil ikhwan, al akh atau akhi, sementara yang perempuan di panggil akhwat atau ukhti. Ada hijab/pembatas yang begitu rapat dan ketat sebab mereka sangat menjaga jangan sampai terjadi campur baur antara perempuan dengan laki-laki (ikhtilat).
Disaat rapat organisasi, mereka memakai hijab pembatas, apabila mereka berbicara antara ikhwan dan akhwat, maka mereka akan saling menundukkan pandangan, tidak berani menatap mata apalagi wajah masing-masing. Dalam setiap pengajian, pada sesi tanya jawab, maka akhwat bertanya dengan menuliskan disecarik kertas, tidak bertanya langsung. Mereka tidak pernah bergerombol campur baur antara ikhwan dan akhwat. Ada batasan yang sangat jelas antara mereka, sehingga terkadang menimbulkan pertanyaan dari orang awam, apakah mereka itu dapat jatuh cinta ya ? atau apakah mereka itu bisa menikah ?, karena mereka tidak pernah kelihatan berdua-duan dengan yg bukan muhrim.
Melihat fenomena tersebut, muncul pertanyaan, Apa benar aktifis dakwah tidak dapat jatuh cinta ?, apa benar aktifis dakwah akan terbebas darikekaguman dengan lawan jenis ?, apa betul aktifis dakwah tidak mempunyai perasaan untuk senang kepada lawan jenis ?
Aktifis Dakwah yang berada disekolah, dikampus, dimasjid,di mushallah, mereka itu adalah manusia juga seperti remaja yang lain, yang kadang-kadang juga terjebak pada sebuah kekaguman pada lawan jenis. Mereka juga manusia biasa yang tidak steril dari rasa hebat cinta. Cuma bedanya adalah mereka mampu meredam dahsyatnya perasaan itu, berjuang memendam rasa serta mengeleminasi kemungkinan-kemungkinan untuk mendekati zina.
Namun kalau kita ingin menelisik lebih jauh, jangan-jangan para aktifis dakwah justru lebih pacaran dari orang awam, jangan-jangan mereka lebih mesra memancing cinta lawan jenis dari sekedar menjaga image (jaim) tebar pesona ? hehehe, Afwan, mungkin pertanyaan ini serta kecurigaan ini terdengar sinis dan memojokkan, jangan marah dulu yah ya akhi wa ukhti, ini hanya sekedar upaya untuk saling ingat mengingatkan dan bukanlah untuk melemahkan semangat dakwah antum.
Coba kita mengamati secara jujur :
1. Mereka adalah manusia dalam rentang usia remaja – dewasa yang pasti memang tertarik kepada lawan jenis (lihat QS. 3:14)
2. Mereka berada dalam satu wadah yang sama, berjuang bersama, mereka memecahkan bersama setiap problem yang ada, sehingga akan muncul perasaan senasib sepenanggungan.
3. Karena adanya program bersama, akhirnya mereka sering berhubungan antara ikhwan dan akhwat. Mungkin awalnya diskusinya dibalik hijab, namun karena pentingnya info yang ingin disampaikan, maka dipakailah media SMS.
4. Karena banyaknya problem yang mengharuskan pemecahan segera, akhirnya digunakanlah media telephon/HP. Awalnya mungkin hanya konsultasi program organisasi, kemudian meningkatkan kepada masalah pribadi, atau masalah keluarga (semacam curhatan).
5. Karena banyaknya problem akhirnya menimbulkan rasa iba untuk menolong akhwat yang sering mendapat intimidasi dari keluarga dan teman2nya. Rasa iba ini diwujudkan dengan meminjamkan buku, megirimkan sms dakwah untuk penguatan, atau memberikan no Hp jiakalu sewaktu-waktu ada yang ingin di curhatkan.
6. Dengan berkembangnya Sosial media, apakah lewat facebook, twiter, BBM, dan lain-lain, maka hubungan tersebut akan semakin intens. Boleh jadi dalam keseharian ada hijab yang memisahkan antara ikhwan dan akhwat, namun lewat sarana sosial media ini justru kesempatan untuk chat atau ngobrol.
Fenomena sosmed dikalangan aktifis dakwah bukan lagi rahasia, tetapi sudah menjadi perbincangan umum. modus pacaran ala sosmed mungkin beragam tergantung dari pengalaman masing-masing. Ada yang awalnya hanya mengirim salam dari ikhwan ke akhwat, kemudian meningkat dengan bertanya nama dan aktifitas. Meningkat lagi bertanya tentang soal pribadi dari ikhwan ke akhwat atau sebaliknya. Yang ditanya juga terkadang sok tahu dan menjawab laksana seperti ulama hebat, karena semua pertanyaan pasti dijawab. Maka muncullah kesan di akhwat bahwa ikhwan ini hebat bener yah, karena hampir semua pertanyaanku bisa ia jawab.
Muncullah rasa kagum dari akhwat, dan tersipu bangga sang ikhwan. Rupanya hubungan ini meningkat lagi, sang ikhwah meminta no hp akhwat, biar bisa dikirimi SMS-SMS dakwah agar senantiasa ingat akan Allah. Maka dengan rutin sang ikhwan mengirim sms dakwah, awalnya betul sms dakwah, berikutnya sms bertanya tentang kabar, kemudian berlanjut dengan mengingatkan “apakah sudah sholat ?, apakah ukhti sudah makan siang?, jaga kesehatan, tenaga jangan terlalu diporsir unt organisasi, dan lain-lain. SMS tetap jalan, tetapi Chat juga tetap dilanjutkan.
Ditambah benih-benih kekaguman bertambah seiring waktu,karena sang ikhwah begitu memperhatikan akhwat, dan akhwatpun semakin tersanjung dengan perhatian tersebut. Setiap ikhwan buat status maka dipastikan sang akhwat akan like pertama kali. Kemudian hubungan pun berlanjut,disaat sang akhwat bertanya tentang pesoalan yang berat, maka ikhwan pun mencoba menjawab langsung, tetapi karena sulit dijawab dng chat atau sms, maka ikhwan minta untuk dijawab langsung via telephon. Wah begitu berbunga-bunganya hati sang akhwat, karena sang pangeran yang tdk pernah terdengar suaranya, untuk pertama kali akan menelpon.
Perasaannya mengharu biru, tak dpt diungkapkan dengan kata-kata. Maka menelphon lah sang ikhwan, awalnya masih malu-malu, tapi seiring waktu akhirnya acara chat diubah menjadi telphon langsung. awalnya cerita tentang malasalah, lama kelamaan berubah menjadi curhat.
Inilah fenomena yang ada, mungkin ikhwan dan akhwat tidak termasuk dalam modus diatas walhamdulillah, namun ikhwan dan akhwat di belahan bumi yang lain, terkena syubhat akan hal itu. dan kalau itu terjadi, pertanyaannya adalah, apakah antum tidak lebih pacaran dari orang yang pacaran ?, apakah antum telah membungkus budaya hijab hanya sebagai formalitas aja, disetiap rapat atau pengajian, sementara di sosial media begitu bebasnya bercengkramah, ngobrol nglor ngidul tanpa arah yang jelas, ketawa ketiwi layaknya didunia nyata.
Apakah antum tidak lebih bebas dari orang awam, tundukkan pandangan hanya formalitas disaat bertemu, tapi di sosial media justru pandangan antum umbar, bahkan mencoba mencari tahu siapa ikhwan atau akhwat ini. Mungkin antum tidak menyebut itu pacaran, tapi hanya sekedar saling menasehati, tapi kenyataan justru lebih hebat dari pacaran. Hubungan tersebut terus berlanjut dengan meminjamkan buku, dan itu ada alasan untuk bertemu.
Inilah fenomena yang ada dikalangan aktifis dakwah, fenomena cinta sang aktifis, yang mencoba memendam rasa, namun terkalahkan dengan media yang demikian hebatnya.
Afwan ya akhi wa ukhti, tidak lah tulisan ini ingin memojokkan antum semua, cuma sebagai pengingat aja agar kita tetap dalam kittah perjuangan kita. Janganlah kita kotori perjuangan dakwah yang murni ini dengan hawa nafsu sesaat yang justru akan menyesatkan. Ingatlah, Allah senantiasa melihat apayang kita lakukan, Permohonan maaf jika ada yang kurang berkenan.
Semoga bermafaat
Penulis: Ustadz Askar Yaman, M.Pd