Ketakutan itu semakin kuat, apalagi dengan persatuan umat Islam yang semakin kuat, maka orang-orang Islam harus menyiapkan strategi untuk menghadapinya.
“Ketakutan itu telah jelas tergambarkan dalam Alquran, yakni dalam penggalan Surah Al-Maidah ayat ke-3 yang menyebutkan, ‘Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku’, maka sebagai orang-orang yang berilmu, harus semakin takut kepada Allah taala dengan keilmuwan yang dimiliki,” ungkap Ustad Bachtiar Nasir (UBN) saat mengisi khutbah Jumat di Masjid Kampus Universitas Hasanuddin, Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10, Kota Makassar, Jumat (14/12/2018).
Pada khutbah yang pertama UBN menyebutkan, di dalam Alquran, orang-orang yang berilmu seperti Mahasiswa dan Dosen adalah pemberi peringatan.
“Maka sungguh riskan jika para pemberi peringatan itu terjatuh pada hal-hal yang menjauhkannya dari agama, seperti menganut paham-paham menyimpang, bahkan ikut menyebarkannya,” tutur Pimpinan Arrahman Qur’anic Learning (AQL) Islamic Center ini.
Menurutnya, paham-paham menyimpang tersebut merupakan strategi Barat dalam mengalahkan umat Islam, yang merupakan agenda perang dingin, The Cold War pasca runtuhnya Uni Soviet.
“Strategi itu adalah dengan merusak dunia keilmuwan umat Islam dengan memasukkan paham-paham liberalisme, sekularisme, dan paham lainnya. Termasuk yang terbaru adalah feminisme, yang saat ini para penganutnya sedang berjuang melegalkan pernikahan sesama jenis di Indonesia melalui kekuatan hukum,” ujarnya.
Inilah sebuah kekuatan destruktif, lanjut UBN, yang dijalankan oleh para musuh Islam melalui kekuatan politik dan kekuasaan.
“Gerakan pemahaman menyimpang Ini adalah bentuk ketakutan musuh-musuh Islam, yang telah disebutkan dalam Surah Al-Maidah ayat 3 tadi, maka kita tidak boleh takut,” pungkasnya.
Masih pada lanjutan ayat tadi, UBN menjelaskan, hal yang harus dilakukan oleh umat Islam adalah dengan bersyukur atas nikmat beragama Islam.
“Khususnya orang-orang yang berilmu, agar membuahkan keilmuwan yang membuat kita semakin takut kepada Allah taala,” tutur pria berdarah Bugis ini.
Cara bersyukur ini, ungkapnya, juga disebutkan dalam lanjutan penggalan surah Al-Maidah ayat ke-3 yang telah disebutkan, yakni mensyukuri nikmat Islam yang telah disempurnakan kepada umat manusia.
“Orisinalitas agama kita adalah ‘Qul Huwallahu Ahad’, Allah itu satu, dengan puncaknya disebutkan dalam Surah Al-Fatihah, ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’, hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepadaNya kita meminta pertolongan. Inilah puncak kemanusiaan manusia yang paling tinggi, dan inilah ketinggian umat Islam yang paling ditakuti oleh musuh-musuh Islam,” jelasnya.
Maka lanjut Da’i kelahiran Jakarta 51 tahun yang lalu ini, ketinggian umat Islam tersebut harus disyukuri dengan mendedikasikan diri pada peninggian panji-panji kejayaan Islam, salah satunya adalah menjaga pengamalan nilai-nilai Alquran.
“Anda sebagai seorang Dosen dan Mahasiswa, puncak kemuliaan anda ketika anda sudah menjadi orang yang menjaga kitab Suci ini, sebagaimana dalam hadits , ‘Inna liLLahi Ahlina Minannas’, keluarga Allah adalah para Ahli Quran, yang menjadikan Alquran sebagai bagian dari hidup mereka,” ulasnya.
Sebaliknya, lanjut UBN, puncak kebodohan orang-orang yang berilmu adalah ketika ilmu yang dimiliki tidak menghasilkan ketundukan kepada Allah taala.
“Maka keilmuwan yang kita miliki sebagai Mahasiswa dan Dosen, harus membuat kita semakin takut kepada Allah taala, salah satunya dengan memasukkan nilai-nilai Alquran dalam keilmuwan kita, dan menjadi orang terdepan dalam menjunjung nilai-nilai Alquran,” pesan Sekretaris Jenderal Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) ini saat menutup khutbah yang pertama.
Pada khutbah yang kedua, Ketua Alumni Madinah Islamic University Indonesia ini mengajak seluruh Jamaah untuk memperbanyak Shalawat kepada Rasulullah shallahu alaihi wa sallam. Karena menurutnya, salah satu kode etik menjadi umat Rasulullah adalah dengan memperbanyak shalawat, baik di pagi maupun di sore hari.
UBN juga mengajak untuk memperbaiki kualitas diri sebagai seorang Muslim. “Indonesia adalah negeri dengan kuantitas Muslim terbesar di Dunia, maka marilah berusaha agar kuantitas ini ekuivalen dengan kualitasnya,” tutupnya.
Khutbah Jumat ini merupakan salah satu agenda UBN dalam kunjungannya di Makassar, selain menjadi pembicara dalam kegiatan Ummat Fest yang diselenggarakan oleh Organisasi Masyarakat (ormas) Islam, Wahdah Islamiyah, di Celebes Convention Center (CCC) Makassar, Jumat (14/12/2018) hingga Sabtu (15/12/2018).
Laporan: Rustam Hafid