بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
MUJAHID DAKWAH.COM, MAKASSAR – Departemen Kajian Strategis (Kastra) Pimpinan Daerah Lingkar Dakwah Mahasiswa Indonesia (PD Lidmi) Makassar menggelar Kuliah Pemikiran Islam (KUPAS) dengan tema Evidence-based Medicine (EBM) dalam Timbangan Epistemologi Islam di Sekretariat PD Lidmi Makassar, Jalan Paropo 3 No.2 Makassar, Ahad (18/11/2018).
Kajian dibawakan langsung oleh Ketua Dept. Kastra Pimpinan Pusat Lidmi, dokter Syukri Mawardi, yang dihadiri oleh Kader dan Pengurus Lidmi Makassar.
Dalam materinya, dokter Syukri memaparkan, EBM adalah bagian dari dunia kedokteran yang berbasis pada bukti yang terlihat, atau melalui empirisme yang dapat dibuktikan. Latar belakang kemunculannya adalah karena keresahan pasien yang diobati berdasarkan pengalaman atau obat-obat tertentu tanpa penelitian terlebih dahulu.
“Maka dalam kelahirannya, EBM hadir untuk mengkritisi pengobatan masa lalu, dengan ketentuan harus melakukan penelitian terlebih dahulu,” paparnya.
Sedangkan Epistemologi, tutur Syukri, adalah cabang ilmu yang berfokus pada bagaimana sumber ilmu tersebut ada untuk menentukan benar dan salah. Maka Epistemologi Islam adalah ilmu yang bersumber pada Nash Islam, yakni Alquran dan Sunnah.
“Pendidikan hari ini bersifat Empirisme dan Rasionalisme yang mengandalkan akal yang harus dibentuk melalui satu data yang objektif. Dua konsep ini yang kini masuk di kampus-kampus hari ini dan menafikan sumber Islam yang berasal dari Wahyu,” ucapnya.
Menurut Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia ini, begitu banyak dosen dan cendekiawan yang berlabel Sarjana, Magister hingga Profesor, yang mengklaim dirinya orang-orang yang berilmu, dari ilmu yang telah dipelajari dalam bangku akademik. Padahal menurutnya, Ilmu itu seharusnya semakin membuat pemiliknya semakin takut dengan Rabbnya.
“Jika mereka, yang mengaku berilmu namun sama sekali tidak memiliki ketakutan kepada Allah taala, Jangan sampai yang mereka pelajari bukanlah Ilmu,” ujar Pria satu anak ini.
Maka menurutnya, semua dokter, pasien dan ummat ini harus kembali kepada jalan ilmu yang benar.
Dia menambahkan, ada problem yang terjadi dalam dunia kesehatan mengenai EBM ini, yakni ketika pengobatan modern dianggap bertentangan dengan anjuran pengobatan dalam Alquran dan sunnah.
“Misal begini, dalam Nash kita diperintahkan untuk meminum madu di kala sakit, namun pada saat yang sama dokter melarang untuk mengonsumsi yang manis, maka akan terjadi pertentangan yang bisa saja menjatuhkan derajat Nash,” ucapnya.
Syukri menerangkan, Jika sains dan kedokteran didudukkan pada tempatnya, demikian pula Nash Syar’I didudukkan pada tempatnya, maka tidak akan ada pertentangan.
“Jika ada Nash yang Muhkamat bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang valid, maka penelitian ini harus diulang. Namun jika Nash itu bersifat Mutasyabihat, bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang valid, maka Nash Mutasyabih tersebut masih bisa didalami kembali. Namun jika Nashnya mutasyabih, dan hasil temuan ilmiah juga kurang valid, maka keduanya perlu dikaji kembali,” jelasnya.
Menurut dia, Kini terjadi penyempitan defenisi pada istilah Thibun Nabawi, yakni membatasi pada tata cara pengobatan yang hanya dilakukan oleh Rasulullah. Padahal defenisi yang pertengahannya, Thibun Nabawi adalah pengobatan dengan metode apapun selama ia sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam, termasuk Kemotherapi.
“Maka jalan keluarnya itu tadi, kita mendudukkan keduanya, yakni Nash dan temuan ilmiah/ kedokteran modern didudukkan pada kondisi yang pertengahan,” imbuhnya.
“Insya Allah di masa yang akan datang, kita akan coba membahas masalah-masalah yang terjadi pada cabang ilmu yang lain, yakni Pertanian, Teknik, Sains, dan lain sebagainya. Karena yang sangat penting saat ini, untuk kita yang sedang duduk dalam dunia akademik, adalah berupaya melakukan Islamisasi Sains sesuai dengan cabang Ilmu kita masing-masing,” tutupnya.
KUPAS merupakan bagian dari Madrasah Pemikiran Islam, disingkat MADANI, yang merupakan program kerja Departemen Kastra PP Lidmi.
KUPAS digelar secara Nasional, berbentuk penanaman pondasi pemikiran Islam kepada kader dan pengurus Lidmi, dengan materinya antara lain Konsep Adab, Tauhid sebagai Asas Peradaban, Islamic Worldview, Pengantar Pemikiran Islam, Konsep Din Wahyu dan Kenabian, Sejarah Sistem Ekonomi Dunia, dan lain sebagainya .
Laporan: Rustam Hafid