بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
MUJAHID DAKWAH.COM, MAKASSAR – Untuk kali ketiganya, gabungan aktivis ormas Islam yang tergabung dalam Forum Ummat Islam Bersatu (FUIB) kembali mendatangi kantor DPRD Sulawesi Selatan, yang berlokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Senin (19/11/2018).
Kedatangan FUIB bersama dengan puluhan pengungsi etnis Rohingya asal Myanmar itu, untuk mempertanyakan tindaklanjut dari hasil dua pertemuan sebelumnya di Komisi E.
Menurut Ketua FUIB Sulawesi Selatan, Mukhtar Daeng Lau, jika memang sampai sekarang tidak ada kejelasan tentang nasib ratusan pengungsi Rohingya yang ada di Kota Makassar ini, maka puluhan kelompok ormas Islam yang berada di bawah naungan FUIB akan melakukan tindakan.
“Kemungkinan kami akan mengambil langkah, yakni dengan melakukan pengusiran secara besar-besaran tanpa memandang ia pengungsi dari mana,” tegasnya saat menyampaikan sikap di ruang aspirasi.
Mukhtar menuturkan, pengungsi Rohingya sudah ada yang tinggal di Kota Makassar hingga belasan tahun, sementara pihak PBB, dalam hal ini UNCR dan IOM, yang hanya selalu diberangkatkan ke negara pihak ketiga tujuan suaka adalah mereka pengungsi yang berasal dari Afganistan, Iran, dan lainnya.
Agussalim Syam dari Front Pembela Islam (FPI), yang hadir dalam pertemuan itu, menyatakan cukup menyesalkan sikap Dewan yang lamban menyikapi persoalan pengungsi Rohingya.
“Kami khawatir, kita melakukan pertemuan, yang dibicarakan berulang-ulang, dan itu-itu saja, sehingga jangan salahkan apabila ormas Islam mengambil langkah tegas,” katanya.
Ketua Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) Sulawesi Selatan, Farid Ma’ruf Nur, menambahkan bahwa persoalan pengungsi di Kota Makassar memang meninggalkan sejumlah persoalan besar, sehingga sejatinya butuh solusi secara tepat.
Seperti, ia menyebutkan, banyaknya pengungsi dari Afganistan yang terindikasi sebagai penganut paham Syiah yang telah kawin-mawin dengan warga di sini.
“Sehingga kalau pun ormas Islam kelak mengambil langkah tegas, itu sudah tepat untuk mengantisipasi kasus yang lebih besar ke depannya,” tuturnya.
Ketua Forum Peduli Rohingya, M. Iqbal Jalil, menjelaskan seluruh elemen yang tergabung di FUIB berkeinginan agar pemerintah provinsi juga memberikan sikap terhadap persoalan Rohingya ini.
Pasalnya, kata dia, Sulawesi Selatan bergerak dikarenakan daerah ini yang terbilang banyak menampung pengungsi asal Rohingya.
Berdasarkan catatan Forum Peduli Rohingya, jumlah sekitar 212 orang yang tersebar di sejumlah wisma pengungsian di Kota Makassar.
“Kasus Rohingya perlu ditangani secara bersama dan proaktif. Perlu diingat bahwa berdasarkan temuan tim pencari fakta PBB, pengungsi Rohingya ini adalah korban genosida. Saya pikir, kalau pemerintah provinsi bersuara, maka nama daerah ini juga akan terangkat, sehingga sudah semestinya persoalan pengungsi Rohingya ini diperhatikan secara bersama,” jelas Ustad Ije sapaan akrabnya.
Direktur Lazis Wahdah Islamiya, Syahruddin, yang mencoba memberikan solusi dalam kesempatan itu, salah satunya adalah memberikan lahan khusus bagi pengungsi Rohingya di daerah ini untuk ditempati jika memang tidak solusi konkret untuk pemberangkatan mereka ke negara pihak ketiga.
Anggota DPRD Sulawesi Selatan, Haidar Madjid, yang menerima aspirasi itu, menganggap persoalan tersebut sangat penting dan mendesak untuk dibicarakan lebih serius, sehingga ia pun menawarkan agar pembahasannya dilanjutkan melalui rapat dengar pendapat dengan unsur pimpinan Dewan.
Ia pun berjanji akan menyampaikan seluruh aspirasi itu dan segera mengagendakan rapat dengar pendapat.
Laporan: Irfan Abdul Gani