بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
MUJAHID DAKWAH.COM, BALIKPAPAN – Sejumlah tokoh nasional dan internasional terus berdatangan meramaikan helatan Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah yang digelar di Kampus Gunung Tembak, Balikpapan.
Usai Shalat Jumat (23/11), kali ini, giliran Dr. Abu Ameenah Bilal Philips, dai internasional yang berkesempatan mengisi di Masjid Agung ar-Riyadh, Balikpapan.
Di hadapan sepuluh ribu lebih peserta Silatnas, Abu Ameenah, demikian ia disapa, menuturkan tema “Mendidik Generasi Sahabat yang Baru, Persoalan dan Solusinya”.
Menurut Bilal, umat akhir zaman ini hanya bisa diperbaiki dengan apa yang membagusi umat dahulu.
“Apa yang menjadikan generasi awal sedemikian terbaik maka itu juga yang harus dilakukan generasi saat ini,” ucap pendiri Islamic Online University.
Doktor kelahiran Jamaika tersebut lalu memotivasi peserta dengan menjelaskan hadits Nabi Muhammad Shallallau alaihi wasallam tentang iman manusia yang paling menakjubkan.
Dijelaskan, iman tersebut rupanya bukan milik malaikat atau nabi atau sahabat yang hidup bersama mereka. Tapi mereka justru orang beriman yang hidup di akhir zaman. Mengimani al-Qur’an tapi tidak pernah berjumpa dengan Rasulullah.
Inilah, kata Bilal, yang menjadi tantangan buat umat Islam. Sebab yang dikenal dari kaum Muslimin justru sebagiannya adalah keburukan dan kekurangan.
“Kita dikenal suka menyontek, mencuri, dan mengambil hak orang lain,” ucapnya.
“Maka satu-satunya cara memperbaiki itu dengan menghasilkan generasi baru yang lebih baik imannya,” lanjut dai internasional yang kini bermukim di Qatar.
Satu cara sederhana, kata Bilal, adalah komunikasi efektif antara orangtua dan pendidik. Hal ini dianggapnya sebagai titik lemah pada dunia pendidikan saat ini. Dimana sebagian mereka berbeda pandangan soal tujuan dan proses pendidikan itu sendiri.
Terakhir Bilal juga menyoroti soal sekularisasi ilmu yang dianggapnya membahayakan iman umat Islam.
“Itulah kenapa berkah ilmu dan amal itu bisa hilang,” pungkasnya kembali mengutip hadits soal keutamaan ilmu yang bermartabat.
Laporan: Irfan Abdul Gani