بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
Gempa adalah peristiwa besar yang kerap kali memakan korban massal. Di situ lah terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah ta’ala. Jika Allah menghendaki gempa terjadi ditengah-tengah hamba-Nya, saat itulah Allah sedang mengingatkan hamba untuk kembali kepada-Nya.
Allah Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui semua yang terjadi di alam ini. Allah memiliki hikmah dari semua kejadian baik dan buruk. Allah tampakkan tanda-tanda kekuasaan-Nya untuk menakut-nakuti supaya manusia kembali mengingat akan kewajibannya. Allah ta’ala berfirman :
وَمَا نُرْسِلُ بِالآيَاتِ إِلا تَخْوِيفًا
“Dan tidaklah Kami memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakut-nakuti.” (QS. Al-Isra : 59)
Dengan ayat ini, Allah mengingatkan bahwa semua yang terjadi di bumi dan langit adalah ketetapan Allah ta’ala. Semua yang ditetapkan Allah, seperti gempa, merupakan hikmah dari kebijaksanaan Allah. Ada yang diketahui sebab-sebabnya oleh manusia dan ada yang tidak. Mengetahui sebab-sebab fenomena semacam itu justru semakin menambah kuatnya kebenaran sunnatullah di bumi.
Logika manusia sangat sempit dan ilmu Allah sangat luas
Saat terjadi gempa, logika manusia akan spontan mencari sebab peristiwa itu. Namun yang menjadi masalah di sana adalah ketika ditemukan sebab dari gempa, justru sebagian manusia malah mengira itu hanya peristiwa alam belaka, mereka meniadakan kuasa Allah ta’ala. Sehingga secara tidak sadar mereka mengingkari kuasa Allah. Itu lah pandangan sebagian manusia hari ini, mereka meyakini bahwa kuasa Allah hanya pada fenomena diluar hubungan sebab akibat.
Di sisi lain, ada juga yang memandang bahwa kuasa Allah harus ada hubungan sebab akibat. Seperti, ketika Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan perjalanannya dalam Isra’ Mi’raj, mereka tidak percaya. Karena logika mereka tidak menemukan sebab yang membuat Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bisa melakukan perjalanan sejauh itu dalam waktu semalam.
Pertentangan dalam memandang kuasa Allah ini tidak lain karena kedangkalan akal manusia.
وَمَا أُوتِيتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS. al-Isra : 85)
Maka, jika akal dijadikan standar dalam menentukan sebab akibat dari kuasa Allah, gempa misalnya, niscaya akan banyak pertentangan. Untuk menentukan kapan, dimana dan besaran gempa saja manusia sampai saat ini tidak mampu. Itu lah bukti manusia tidak berdaya tentang gempa, yang berdaya adalah Allah ta’ala.
Fenomena Alam adalah Kuasa Allah
Seandainya manusia mengetahui sebab dari gempa, seperti pergeseran lempeng bumi, sesungguhnya Allah lah yang kuasa membuat bumi bergerak. Sebagaimana manusia mengetahui sebab terjadinya gerhana, yaitu pertemuan orbit bumi dan bulan, sesungguhnya Allah lah yang kuasa membuat bintang-bintang berjalan sesuai orbitnya.
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ الَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
“Dan Dialah yang menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya”. (QS. Al-Anbiya’ : 33)
Gerhana yang terjadi adalah kuasa Allah ta’ala. Karena Allah kuasa terhadap beredarnya matahari dan bulan. Maka Allah pula kuasa untuk merubah komposisi alam dan merubah tanda-tanda kuasa-Nya.
Allah mengabarkan sebab terjadi perubahan alam ini untuk menguatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Namun di sana juga ada sebab yang tersembunyi dan sangat halus, yang manusia tidak mengetahuinya. Manusia tidak lain hanyalah menghayal dan melihat tanda-tandanya saja.
وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
“Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?” (QS. Adz-Dzariyat : 21)
Allah perintahkan manusia untuk melihat dirinya sendiri, setiap hari ia melihat adanya pertambahan. Namun manusia tidak bisa melihat sebab-sebab pertambahan itu, sedang manusia hanya berhayal dan melihat tanda-tandanya saja. Maka lebih dianjurkan untuk menghayati Alam yang luas sebagai tanda-tanda kebesaran dan kuasa Allah.
Hikmah Mengetahui Sebab Terjadinya Gempa
Mengetahui sebab peristiwa bukan berarti tidak ada hikmahnya. Allah ta’ala mendorong manusia untuk menghayati alam, sehingga manusia mengetahui berbagai macam penyakit misalnya. Kemudian manusia mengetahui hal-hal yang menyebabkan penyakit, dan penyakit itu diketahui akan membawanya kepada kematian. Ilmunya ini membuat dirinya tahu bahwa penyakit itu akan membinasakannya, sehingga mencegahnya untuk mendekati hal-hal yang membawa penyakit.
Pengetahuian ini membuat dirinya semakin yakin dengan kuasa Allah di bumi. Karena Allah lah yang telah menjadikan segala sesuatu itu memiliki sebab.
وَآتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا
“Dan kami jadikan segala sesuatu itu memiliki sebab.” (QS. al-Kahfi : 84)
Mengetahui sebab sesuatu mengantarkan manusia memahami akurasi ciptaan Allah ta’ala. Jika perubahan Alam tidak punya sebab, maka menunjukkan kekurang-akuratan Allah dalam menciptakan Alam. Dari sini lah ditemukan hukum sebab akibat, hal-hal yang mengantarkan kepada kebinasaan tidak untuk didekati. Jika manusia mengalami kebinasaan, itu karena ulahnya sendiri.
Demikian juga dengan gempa, di sana ada sebab-sebab yang sebagiannya diketahui manusia. Maka, hal-hal yang menyebabkan gempa, seperti daerah-daerah rawan gempa, hendaknya tidak menjadi tempat tinggal. Sehingga manusia dapat mengusahakan untuk meminimalisir korban gempa.
Selain itu, mengetahui sebab akibat di alam ini, seperti gempa, justru akan menambah dan mempertebal keimanan. Karena keakuratan ciptaan Allah hanya bisa dipelajari tanpa bisa direkayasa sesuai keinginan manusia. Hal ini diharapkan dapat mengikis rasa ingkar, kesombongan, kesewang-wenangan dan melampui batas. Wallahu ‘alam bish showab.
Penulis: Zamroni (Kiblat.Net)