بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
Sahabatku Fillah yang berbahagia, alhamdulilah gerakan Sejuta Karya Untuk Ummat telah hadir bersama kita dan akan berbagi tulisan, nasehat, tazkiyah dan motivasi, dengan tujuan berkontribusi dalam bidang literisasi untuk ummat. Semoga tulisan-tulisan ini bermanfaat bagi Sahabat-sahabat.
Didalam tubuh manusia terdapat dua unsur, keduanya saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila keduanya terpisah maka manusia tersebut telah dikatakan meninggal atau mati. Ia adalah hati/jiwa/ruh dan jasad/fisik/tubuh.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya akan mencoba mengulas secara singkat tentang qolbu yang ada pada diri seorang manusia. Minimal ada tiga macam-macam hati manusia.
1. Qolbun Salim (Hati yang Selamat / Sehat)
2. Qolbun Maridh (Hati yang Sakit)
3. Qolbun Mayyit (Hati yang Mati)
Saudaraku seiman, perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya hati itu bisa sehat, bisa pula sakit dan bahkan hati juga bisa mati. Perkara ini adalah perkara yang sangat penting. Karena begitu banyak manusia yang mereka sibuk untuk memperbaiki dan menata dengan baik apa yang nampak seperti wajah, tubuh dll. Namun, ternyata mereka lupa untuk memperbaiki dan menata dengan baik apa yang tidak nampak yaitu hati. Padahal perkara ini sangatlah penting untuk diperhatikan.
1. Qolbum Salim (Hati yang Sehat atau Selamat)
Hati yang sehat adalah hati yang selamat.
– Selamat dan bersih dari segala bentuk praktek kesyirikan baik kecil maupun besar
– Selamat dari segala bentuk kecurangan, kedengkian, rasa dendam, perilaku kikir, cinta dunia dan takut mati
– Selamat dari semua syubhat dan syahwat yang menantang dan melanggar perintah-Nya
– Selamat dari segala bentuk perbuatan-perbuatan bid’ah yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
– Selamat dari kelalaian dan lupa untuk berdzikir mengingat Allah subhanahu wata’ala
– Selamat dari segala bentuk-bentuk larangan Allah dan patuh dan taat melaksanakan perintah-Nya.
Serta begitu banyak lagi perbuatan-perbuatan kemaksiatan, kemungkaran yang mesti kita jauhi dan ingkari dalam hati dan perbuatan kita. Allah subhanahu wata’ala berfirman;
يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٞ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٖ سَلِيمٖ ٨٩
“Pada hari yang harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan kalbu yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara: 88—89).
Pada hakikatnya, yang menghadap kepada Allah subhanahu wata’ala diakhirat kelak, bukanlah wajah dan tubuh kita yang cantik atau yang tampan. Akan tetapi, yang menghadap kepada Allah adalah hati-hati kita.
Bila hati sehat,
– Kerinduannya kepada khidmah seperti kerinduan seorang yang lapar kepada makanan dan minuman. Yahya bin Mu’adz berkata;
“Barangsiapa senang kerkhidmah kepada Allah subhanahu wata’ala, segala sesuatu akan senang untuk berkhidmah kepadanya. Barangsiapa tentram dan sejuk hatinya lantaran (taat kepada) Allah subhanahu wata’ala, tentram dan sejuk hati pulalah semua yang memandangnya”.
– Jika telah masuk waktu sholat lenyaplah segala harapan dan kesedihannya terhadap dunia. Ia mendapatkan kelapangan, kenikmatan, penyejuk mata dan penyejuk jiwa didalam sholatnya.
– Sangat menghargai waktu, sangat menyesal jika waktunya berlalu lantas terbuang sia-sia.
– Bila hati sehat, Ia tidak pernah letih untuk berdzikir, beribadah, berkhidmah dan memohon ampunan-Nya.
2. Qolbun Maridh (Hati yang Sakit)
Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung berbagai penyakit. Hati seseorang itu bisa sakit, sakitnya bisa semakin parah dan Ia tidak menyadarinya. Bahkan bisa jadi hati telah mati, tanpa disadari pemiliknya.
Petanda hati itu sakit, Ia tidak lagi dapat merasakan sakitnya bermaksiat kepada Allah dan betapa menderitanya berada dalam kebodohan tentang kebenaran serta memiliki aqidah yang sesat.
Lisanya tak pernah berdzikir dan mengingat Allah, hidupnya Ia lewati dalam gubangan kemaksiatan dan kemungkaran tapi Ia tak sadar bahwa itu adalah perbuatan yang salah. Hati yang hidup dan sehat pasti tersiksa bila melakukan perbuatan dan kemaksiatan. Begitu pula jika Ia bodoh tentang kebenaran.
Terkadang seseorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakannya. Namun, Ia tidak tahan mengecap pahitnya obat penawar untuk menyembuhkan penyakitnya. Dan Ia pun memilih menderita penyakit hati selamanya.
Penyakit hati jauh berbeda dengan penyakit jasad. Penyakit jasad sangat sering kita jumpai dalam kehidupan kita. Dan memang sifat dari penyakit jasad adalah terlihat oleh mata, sebagai contoh (demam, flu, tives, diabetes, kangker dll). Serta metode penyembuhan dan obatnya jelas, minum obat paramex, paracetamol datang kedokter dll.
Sedangkan penyakit hati sifatnya tidak terlihat secara kasat mata, akan tetapi nampak secara perbuatan, tutur kata dan tingkah laku. Sebagai contoh penyakit hati (Iri, dengki, hasad, riya’, sombong, kikir dll). Penyakit hati memiliki dampak yang luas bagi kehidupan manusia. Karena, bisa jadi amalan yang begitu banyak ternyata hilang dan gugur diakibatkan salah satu penyakit hati yaitu riya’ dalam beribadah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ ١٠
“Dalam hati mereka ada penyakit. Lalu Allah tambahkan penyakitnya. Dan bagi mereka azab yang pedih karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10).
Saudaraku seiman, jika ada yang bertanya apa yang menyebabkan hati itu sakit?
Maka saya akan bertanya kepada Anda, apa yang menyebabkan jasad itu sakit?
Jawabannya, karena jasad Anda tidak diberikan makanan sesuai dengan porsinya. Anda boleh mencoba tidak makan dan minum selama satu pekan atau satu bulan. Maka apa yang terjadi? Rasa sakit akan mulai muncul dari mulai perut, kepala bahkan terkena penyakit Ma’ yang lebih parah. Pada singkatnya tubuh ini akan tetap sehat jika diberikan makanan sesuai dengan porsinya.
Lantas bagaimana dengan hati kita, pernahkah Anda memberinya makanan atau nutrisi, Agar hati Anda tidak sakit?
Makanan jasad tentu sangat berbeda dengan makanan hati atau jiwa, makanan jasad tentu sesuai dengan keseharian hidup kita, makanan pokok dll (contoh: Nasi, Air, Sayur-sayuran, Coto, Konro, Kopi, Kue dll).
Sedangkan makanan hati atau jiwa adalah segala bentuk perintah dan larangan Allah subhanahu wata’ala. Jikalau Anda semangat memberikan makanan kepada jasad Anda, maka seharusnya kita juga harus lebih semangat dan gigih memberikan makanan dan nutrisi kepada hati, ruh dan jiwa kita. Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah berkata;
“Manusia lebih membutuhkan ilmu (tentang Ad-Dien) dibanding makan dan minum, karena seseorang dalam sehari hanya membutuhkan makan minum satu atau dua kali saja. Sedangkan ia membutuhkan ilmu dalam setiap helaan nafasnya.”
Ketahuilah wahai saudaraku, makanan hati, jiwa dan ruh ini adalah tentang agama ini. Maka berikanlah makanan dan nutrisi kepada hati, jiwa kita dengan.
– Memperbanyak menuntut ilmu agama agar terhindar dari kebodohan tentang kebenaran
– Senantiasa menjaga hubungan baik dengan Allah subhanahu wata’ala dan terhadap manusia
– Membasahi bibir-bibir kita dengan dzikir, mengingat Allah subhanahu wata’ala
– Memperbanyak membaca Al-Qur’an
– Tak pernah bosan untuk memohon ampun dan beristighfar kepada Allah
– Menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya
Teruslah mengingat Allah subhanahu wata’ala agar hati kita menjadi tentram, tenang dan bahagia. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an;
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Indikasi hati yang sehat adalah tak pernah bosan untuk beribadah, berdzikir dan berkhidmah kepada-Nya. Sedangkan, tanda hati yang sakit lalai dan berat untuk berdzikir, malas melakukan amalan kebaikan dan muda melakukan kemaksiatan. Maka kembalilah dan benahi hati-hati kita agar menjadi hati yang sehat.
3. Qolbun Mayyit (Hati yang Mati)
Selain hati yang sehat, hati yang sakit. Ternyata ada juga golongan hati yang mati. Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tak mengenal siapa pencipta dan kepada siapa kita menyembah dan beribadah. Ia jauh dalam menjalankan segala perintah-Nya.
Hati seperti ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi walaupun itu dibenci dan dimurkai oleh Allah subhanahu wata’ala. Ia tidak peduli kepada keridhoan dan kemurkaan Allah subhanahu wata’ala. Baginya, yang penting adalah memenuhi kebutuhan dan keinginan hawa nafsu. Ia bahkan menghamba kepada selain Allah.
Hawa nafsu telah menguasai hidupnya, hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah sopirnya dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Hawa nafsu telah membuatnya buta dan tuli terhadap kebenaran. Bergaul dengan orang yang hatinya mati adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun dan bermajelis dengan mereka adalah bencana.
Golongan hati yang mati adalah mereka sesat dalam kebodohan, enggang untuk menerima kebenaran. Hidupnya telah dipenuhi dengan kemaksiatan dan kemungkaran, sehingga petunjuk tak lagi Ia dapatkan.
Allah subhanahu wata’ala berfirman;
فَلَمَّا زَاغُوٓاْ أَزَاغَ ٱللَّهُ قُلُوبَهُمۡۚ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٥
“Ketika mereka berpaling dari kebenaran, Allah memalingkan kalbu mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” (QS. As-Shaff: 5)
Semoga kita semua mampu menjaga hati-hati kita dengan baik, dan berusaha semaksimal mungkin jangan sampai hati kita tergolong dalam hati yang mati. Olehnya itu, mari kita memperbanyak berdoa kepada Allah subhanahu wata’ala agar senantiasa menjaga dan memelihara qalbu-qalbu kita, agar tergolong kedalam hati yang sehat dan selamat ketika menghadap kepada Allah subhanahu wata’ala diakhirat kelak.
Sesungguhnya hati setiap manusia berada ditangan Allah subhanahu wata’ala, bisa jadi hari ini kita beriman. Namun, tidak ada jaminan bahwa besok kita masih beriman dan masih beribadah kepada-Nya. Olehnya itu, perbanyak berikut yang sering dipanjatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, agar hati kita tetap kokoh diatas agama Islam.
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
“Wahai yang membolak-balikkan kalbu, teguhkanlah kalbuku di atas agama-Mu.” (HR. Bukhari & Muslim).
Wallahu ‘alam bishowab…
Ahukum,
✍ Pena An-Nawawi “Akh Muhammad Akbar, S.Pd”
(Penulis, Teacher, Ceo Mujahid Dakwah Media, Founder Mujahid Dakwah.Com dan Owner Kokoh Ikhwah Collection)
♻ Sukseskan Gerakan :
✒ Pemuda Muslim Menulis
📚 Sejuta Karya Untuk Ummat