بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
Asnur, sang Mujahid dakwah kampus. Tak mudah menjadi ketua lembaga dakwah, namun Ia berani mengambilnya. Tak mudah menjadi ketua lembaga di semester empat, namun Ia berani mengambilnya. Tak mudah menjadi ketua lembaga dua periode, namun Ia berani mengambilnya.
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Ketika tak ada lembaga yang berani membuat kegiatan di ruang senat Universitas Negeri Makassar (UNM) menggunakan hijab syar`i, pemisah ikhwan akhwat, Asnur lah, ketua Study Club Raudhatu Ni’mah (SCRN) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNM saat itu, sebagai pelopornya.
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Ketika SCRN belum pernah membuat seminar besar yang menghadirkan 1000 orang dengan manajemen panitia, acara, dan perlengkapan yang rapi, Asnur lah dengan SCRN nya di periode kedua yang memulainya.
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Ketika tarbiyah teman-teman angkatannya tidak berjalan pasca libur, dia lah yang berinisiatif menghubungi saya, mengumpulkan teman-teman angkatannya, menghidupkan taman-taman tarbiyah mereka.
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Ketika saya masih harus mengontrol penuh dan mengawal ketat setiap delegasi amanah kepada kader, Asnur datang dengan ketenangannya untuk memberikan ketenangan. Dalam hati, saya selalu bergumam, “Kalau sudah Asnur yang turun tangan, insyaAllah, aman!”
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Ketika banyak aktivis dakwah lain melalaikan kuliahnya, Asnur tampil sebagai orang yang mampu memadukan dakwah dan akademiknya, bahkan Ia sukses menyelesaikan studi magisternya. Dakwahnya sukses, kuliahnya sukses.
Asnur, sang mujahid dakwah Kampus. Ketika orang lain sibuk dengan training duniawinya, dia sibuk membuat dauroh-dauroh alquran. Setiap tahun, saya diundang untuk mengisi dauroh di SCRN, Bahkan di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) UNM Bone.
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Telah berlalu banyak generasi dakwah kampus, namun tak satu pun yang bisa menembus dakwah di PGSD Bone. Hingga Allah mengutus Asnur, pionir dakwah kampus PGSD Bone. Dia lah orang pertama yang melobi birokrasi FIP, dosen mata kuliah Pendidikan Agama Islam, hingga membuat dauroh pertama kali di sana. Masih teringat perkataan beliau setelah saya selesai mengisi materi disana, “Masya Allah kak, bagus sekali pelayanannya LM Bone, karena senang sekali bisaki’ masuk buat dauroh di sini”, Allahu akbar….
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Ia memang tak punya kader biologis karena baru menikah setahun dan belum dikarunia anak. Namun ia punya puluhan, atau ratusan, atau ribuan kader ideologis: dauroh tahunan-getar-SKS. Amirullah (Ketua LIDMI Bandung), Hasyim (Koordinator Media Yayasan Amal Jariyah Indonesia), Sahar (Ketua Departemen Sosial PP LIDMI) adalah para penjaga militan di pos dakwah mereka masing-masing, merupakan buah kerja keras Asnur. Macan hanya bisa dilahirkan dari rahim Macan pula. Macan dakwah kampus, akan lahir dari rahim macan dakwah kampus.
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Ketika dakwah kampus di FIP UNM tengah mati suri, Asnur adalah tiga generasi terbaik pembangkit peradaban dakwah kampus. Masih segar dalam ingatan penulis pada tahun 2008, saat ketua LDF SCRN FIP UNM merangkap sebagai sekertaris sekaligus bendahara dan ketua Departemen tunggal. Namun lewat tiga generasi awal tersebut, kini SCRN punya ratusan kader dengan kualitas me-Nasional.
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Jika dalam arena muktamar, banyak steering commite yang datang dan pergi, tinggal dan pulang, berbeda dengan Asnur. Dia istiqomah mengawal sidang sebagai seorang steering commite, terus ada di depan, terus membersamai peserta, terus membersamai panitia, setia sebagai presidium sidang. Ia juga lelah sebagaimana yan lain lelah, namun jiwa tanggung jawabnya mampu mengalahkan kelelahannya. Orang jahat, kematiannya adalah istirahatnya manusia atas lelahnya menerima keburukannya. Orang baik, kematiannya adalah istirahatnya ia atas lelahnya menebar kebaikan di dunia. Semoga Asnur pun demikian…
Asnur, sang mujahid dakwah kampus. Ketika banyak aktivis dakwah sulit meninggalkan kasurnya, dia rela untuk tidur di atas lantai kelas Sekolah Dasar Islam Terpadu Wihdatul Ummah (SD IT WU), menghabiskan malam bersama untuk perampungan hasil muktamar I LIDMI. Semoga Allah menggantikan lantai itu denggan dipan-dipan surga, amin.
“Bagaimana Muktamarnya LIDMI kak? Hubungi saja kak kalau ada yang bisa dibantu,”
“Kak, bisaki mengisi tarbiyah hari Selasa jam dua? Teman-teman angkatanku sudah lama tidak jalan tarbiyahnya,”
“Kak, minta tolong kita kasikan materi urgensi menuntut ilmu untuk peserta pesantren kilat,”
Contoh-contoh kalimatnya kepada penulis…..
Terlalu banyak kenangan tentangnya…..
Terlalu banyak kebaikan yang ditinggalkannya…
Jika banyak orang menjalani proses meninggal dunia yang lama, berat, dan menyusahkan banyak orang, berbeda dengan Asnur yang meninggal mendadak, tanpa menyusahkan satu orang pun. Semoga ini pertanda husnul khatimah.
Kehadirannya memberikan ketenangan, kepergiannya menghasilkan tangisan. Tak terhitung jumlah orang yang bersedih dan menangis atas kepergian beliau. Semoga ini tanda husnul khatimah.
“Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Selamatkan dan maafkanlah dia. Berilah kehormatan terhadapnya, luaskanlah tempat kuburnya. Mandikanlah dia dengan air, salju, dan embun. Bersihkanlah dia dari segala kesalahan sebagaimana Engkau membersihkan baju putih dari kotoran. Gantikanlah untuknya rumah yang lebih baik dari rumahnya, juga isteri yang lebih baik dari isterinya. Dan peliharalah (lindungilah) ia dari azab kubur dan neraka.” (HR. Muslim).
Diselimuti suhu 11oC
Rabu, 17 Oktober 2018
Pukul 08.28 CET
@Bernhardstraat 23, Kota Wageningen, Negeri ‘Kincir Angin’ Netherland
Penulis: Andi Muh. Akhyar, S.Pd., M.Sc
(Ketua Umum PP LIDMI Periode 1435-1437 H/ 2015-2017 M)