بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيم
Allah mengutus Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menunjukkan kepada kita jalan yang lurus, mengajarkan kepada kita kebaikan yang mendatangkan manfaat dan mencegah kita dari kemungkaran yang bisa mendatangkan mudharat. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُمْ مِنَ اللَّهِ فَضْلًا كَبِيرًا
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesungguhnya bagi mereka karunia yang besar dari Allah“. (QS. Al-Ahzab : 45-47).
Jadi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam diutus sebagai saksi terutama menjadi saksi para Nabi yang telah diutus sebelum beliau, suatu ketika Rasulullah menyuruh Abdullah bin Mas’ud membaca surah An-Nisa kemudian sampai pada firman Allah:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ شَهِيدًا
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)“. (QS. An-Nisa : 41).
Pada ayat diatas Rasulullah berkata kepada Abdullah Ibnu Mas’ud :”Diam , cukup sampai disini bacaanmu wahai Ibnu Mas’ud”, Abdullah Ibnu Mas’ud berkata:”Saya menengok wajah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau mencucurkan air mata”,
Jadi Rasulullah diutus dimuka bumi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi kabar peringatan, Nabi memberi kabar gembira dengan kebaikan kepada orang – orang yang beriman dan mengerjakan amalan sholeh, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mewanti-wanti kita dan memperingatkan kita dari perkara – perkara yang bisa membahayakan diri kita baik didunia maupun diakhirat.
Tidaklah sesuatu yang mendekatkan diri kita ke surga melainkan telah dijelaskan oleh Rasulullah untuk kita kerjakan dan tidaklah sesuatu yang mendekatkan diri kita ke neraka yang bisa mencelakakan dan membinasakan kita melainkan juga telah dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam agar kita berhati – hati darinya.
Salah seorang sahabat yang bernama Huzaifah Ibnu YamanRadhiyallahu ‘anhu yang digelari dengan “Shahibul Sir” (Pemegang rahasia Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam) sehinggga beliau diberi pengetahuan oleh Allah tentang fitnah dan keburukan yang akan terjadi sebelum diketahui oleh sahabat – sahabat yang lain karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan semua rahasia kepada Huzaifah Ibnu Yaman, Hudzaifah pernah berkata:“Manusia dahulu biasa bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai kebaikan. Aku sendiri sering bertanya mengenai kejelekan supaya aku tidak terjerumus di dalamnya”. (HR. Bukhari no. 3411 dan Muslim no. 1847).
Kisah Keburukan ‘Ain Yang Pernah Terjadi
Temasuk diantara keburukan adalah ‘Ain, untuk lebih mengetahui bagaimana penyakit ‘Ain maka kita membahas beberapa kisah yang pernah terjadi dizaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan setelahnya.
- Pernah suatu ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallambersama dengan beberapa orang sahabat melakukan perjalanan safar dari kota Madinah menuju kota Makkah. Ditengah jalan beliau singgah istirahat bersama dangan sahabat yang lain, salah seorang sahabat yang bernama Sahl bin Hunaif Radhiyallahu ‘anhu mandi disebuah tempat yang sedikit terbuka setelah mandi Sahl bin Hunaif mendinginkan tubuhnya dan nampaklah kulit beliau (jadi ketika beliau mandi ia membuka pakaian atasnya) sehingga dilihatlah kulitnya oleh salah seorang sahabat yang bernama Amir bin Rabi’ah.
Sahl bin Hunaif memiliki kulit yang sangat putih dan mulus, ketika dilihat oleh Amir bin Rabi’ah, ia kemudian berkata:”Saya belum pernah melihat kulit atau tubuh yang sebagus ini yang mengalahkan kulit seorang gadis yang tidak terkena dengan panas matahari”,
Amir bin Rabi’ah mengatakan demikian disertai dengan rasa takjub dan kekaguman yang berlebihan. Sebelum Amir bin Rabi’ah menyelesaikan perkataannya, Sahl bin Hunaif terjatuh dan tidak sadarkan diri maka dilaporkanlah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, dibawalah beliau kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi lalu bertanya kepada para sahabat :”Apakah kalian mengetahui seseorang yang menjadi sebab mengapa ia tidak sadarkan diri seperti ini.?”, maka berkatalah salah seorang sahabat:”Kami mendengar Amir bin Rabi’ah ketika melihat ia mandi ia berkata:” Saya belum pernah melihat kulit atau tubuh yang sebagus ini yang mengalahkan kulit seorang gadis yang tidak terkena dengan panas matahari”, sehingga ia jatuh tidak sadarkan diri.
Nabi kemudian marah dan memanggil Amir bin Rabi’ah, maka datanglah Amir bin Rabi’ah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bertanya:”Mengapa salah seorang diantara kalian hendak sengaja membunuh saudaranya, barangsiapa seseorang diantara kalian melihat sesuatu yang menakjubkan dari saudaranya, hendaknya ia mendoakan keberkahan untuknya”, Rasulullah kemudian menyuruh Amir bin Rabi’ah untuk mandi dan mencuci bagian dalam tubuhnya dan bagian dalam pakaiannya, kemudian bekas mandi bagian dalam tubuhnya dan bagian dalam pakaiannya itu ditampung dalam sebuah bejana kemudian disiramkan kepada Sahl bin Hunaif, Sahl bin Hunaif kemudian tersadarkan dan kembali sehat seperti sedia kala.
- Peristiwa yang lain dimana pernah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam masuk menemui Asma binti Umais Radhiyallahu ‘anha dan beliau melihat anaknya kecil –kecil dan kurus-kurus, beliau berkata:”Mengapa saya melihat anak keponakanku kecil seperti ini, apakah mereka ini kelaparan, apakah mereka tidak makan”, Asma kemudian mengatakan:”Ya Rasulullah sesungguhnya ‘Ain mendahuluinya”, Rasulullah lalu menyuruh Asma Binti Umais meruqiyahnya dan membacakan ayat – ayat Al-Qur’an kepadanya.
- Kisah yang lain, salah seorang raja bernama Sulaiman bin Abdul Malik Rahimahullah, ketika beliau menjabat sebagai khalifah pada usia yang masih sangat belia, suatu hari ia mengenakan pakaian kebesarannya dengan dandanan dan perhiasannya yang indah sebagai salah seorang raja, kemudian ia melihat dirinya dicermin. Lalu ia mengingat raja – raja yang telah mendahuluinya dimana raja – raja yang telah mendahuluinya adalah orang yang berusia lanjut adapun dirinya masih muda, ia kemudian memuji dirinya dengan berkata:”Coba lihat dirimu, masih muda sudah menjadi raja, dia takjub kepada dirinya sendiri, akhirnya belum cukup satu bulan setelah ia memuji dirinya ia meninggal dunia”,
- Urwah ibn Zubair Radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai 4 sahabat fuqaha yang diambil ilmunya oleh Imam Malik bin Anas Radhiyallahu anhu, beliau termasuk salah satu qaidah mazhab Imam Malik ibn Anas sebagai fuqaha madinah, Urwah ibn Zubair Radhiyallahu ‘anhu beliau adalah sahabat yang menghatamkan Al-Qur’an setiap 3 hari.
Suatu hari beliau menjumpai seorang gubernur yang bernama Al Walid bin Abdul Malik sambil membawa anaknya yang masih kecil bernama Muhammad yang memiliki paras wajah yang sangat ganteng, ia dandani anaknya dan mengenakannya pakaian yang sangat indah, ketika ia membawa anaknya tersebut kepada Al Walid bin Abdul Malik akhirnya Al Walid bin Abdul Malik takjub, ia kemudian berkata:”Anak dari mana ini, pakaian apa yang dikenakannya”, apa yang terjadi.?, setelah keluar dari majelisnya Al Walid bin Abdul Malik anaknya Muhammad naik diatas kendaraannya lalu terjatuh dan tengkuknya terinjak sehingga ia meninggal dunia.
Allah dan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam banyak menjelaskan dalam Al-Qur’an dan hadist tentang keburukan ‘Ain, Allah Subhanahu wata’ala menyampaikan salah satu keburukan yang hendak dilancarkan oleh orang – orang kafir kepada Rasulullah untuk menghalangi dakwah beliau bahkan percobaan pembunuhan baik secara nyata maupun tersembunyi dimana beliau pernah disihir dan salah satu diantaranya beliau sengaja hendak dicelakakan dengan ‘Ain. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:
وَإِنْ يَكَادُ الَّذِينَ كَفَرُوا لَيُزْلِقُونَكَ بِأَبْصَارِهِمْ لَمَّا سَمِعُوا الذِّكْرَ وَيَقُولُونَ إِنَّهُ لَمَجْنُونٌ
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila“. (QS. Qalam : 51). Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu berkata:”Yang dimaksud dengan pandangan mereka adalah “Al-‘Ain”,
Hakikat A- ‘Ain
Hakekat Al-‘Ain adalah pandangan mata yang disertai dengan hasad dan ini termasuk jenis Al-‘Ain yang paling berbahaya yaitu pandangan yang disertai dengan hasad, bisa bercampur antara Al-‘Ain dan hasad bisa juga berpisah dalam artian hasad secara umum adalah ketika seseorang berharap nikmat itu hilang dari saudaranya, adapun Al-‘Ain bisa disebabkan oleh hasad dan bisa disebabkan juga dengan kekaguman yang berlebihan sampai pada dirinya sendiri sebagaimana kisah Sulaiman bin Abdul Malik yang telah kita sampaikan kisahnya diatas.
Dalam sebuah riwayat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallammenyebutkan bahwasanya Al-‘Ain adalah sesautu yang haq yang bisa menimpa diri seseorang bahkan keluarganya, anaknya hartanya. Terkadang seorang ayah dan ibu memuji anaknya ketika ia kagum terhadap penampilannya atau perbuatannya atau seorang suami yang sangat kagum dengan kecantikan istrinya maka berhati- hatilah bisa jadi keburukan ‘Ain, olehnya ketika kita memuji mereka maka hendaknya kita mendoakannya dengan keberkahan dengan berkata:”MasyaAllah Tabarakallah”, atau “MasyaAllah laahawla walaa quwwata illah billah” ucapkan pula istirja ini ketika kita melihat diri kita dicermin kemudian muncul rasa takjub. Jadi ucapkan doa agar kita terhindar dari keburukan Al-‘Ain.
Bersambung (‘Ain Mata Beracun Sesi 2)
Wallahu A’lam Bish Showaab
Sumber: www.mim.or.id